Show them your love

Got hooked at this article when I scroll my Twitter timeline. Dari artikel ini, kita bisa simpulkan kalau perilaku kekerasan terhadap anak-anak, baik secara verbal, fisik atau seksual, penolakan secara fisik maupun emosional, kehilangan orang tua, perpisahan atau perkelahian orang tua, menyebabkan tiga area pada hippocampus mengecil 5.8 dan 6.5 persen, dibandingkan anak yang tidak mengalami perlakuan demikian. Hal tersebut meningkatkan resiko kelainan kejiwaan di masa dewasa, mulai dari depresi, schizophrenia dan kelainan stres pasca-trauma, hingga penyimpangan kepribadian, ketergantungan obat, bahkan bunuh diri!  The impairment remains unknown until the child grow up to be an adult. Like a time bomb, isn't it?

Kalau kita mau ringkas lagi, intinya 'jangan sakiti anak-anak', dalam bentuk fisik maupun emosional. Jangan pikir seorang anak akan mudah melupakan peristiwa yang terjadi dalam periode awal hidupnya hanya karena dia masih kecil. Justru karena masih kecil, peristiwa tersebut akan melekat kuat dalam ingatan. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mengingat peristiwa yang menggerakkan emosinya saat itu terjadi. Gembira, sedih, puas, kecewa, apa saja. Namun, efeknya akan lebih besar pada anak-anak karena sel otak sedang tumbuh dan berkembang. Makanya istilah MKKB (Masa Kecil Kurang Bahagia) yang sering dijadikan ledekan saat sekolah dulu tampak benar adanya. Bila si anak tidak menyadari keadaannya lalu pandai mengolah rasa sakit tersebut menjadi hal yang positif agar dia bisa terus maju, ya akhirnya begitu itu. 

Lalu, "Bagaimana cara kita untuk mencintai anak-anak?". Nah, sebagai Muslim, kita punya teladan yang terbaik dalam  setiap urusan, termasuk berinteraksi dengan anak-anak. Dialah Muhammad Rasulullah saw. Yang paling saya ingat adalah kisah tentang Rasul dan cucu-cucunya, Hasan dan Husain r.huma. Suatu kali Rasul sujud lama sekali hingga ditanya oleh salah seorang sahabatnya. Beliau menjawab “Tidak ada apa-apa, tetaplah aku ditunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau tergesa-gesa sampai dia puas.” Sungguh beliau ingin menjaga perasaan cucu-cucunya yang notabene belum mengerti. Mungkin kalau kita yang berada dalam posisi beliau, sudah 'gerah' ingin marah-marah ya? Padahal lagi sholat tuh, hehe.. Itulah keluasan hati Rasulullah yang menunjukkan betapa beliau mencintai anak kecil.

Belajar cara mencintai anak-anak tidak hanya berlaku untuk yang sudah atau akan punya anak loh. Pasti di sekitar kita banyak anak kecil kan? Entah itu keponakan, sepupu, bahkan anak tetangga. Makanya buat yang belum jadi orang tua pun (termasuk yang belum menikah), sangat perlu untuk tahu dan belajar mengenai hal ini. Coz someday insyaAllah, we'll gonna be parents too. Memang tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Semuanya learning by doing. Tapi itu bukan alasan untuk menjadikan anak sebagai kelinci percobaan. Cukuplah si kelinci ada di kandangnya saja, setuju? Belajar tidak hanya melalui buku/artikel. Kita bisa bertanya kepada orang tua kita yang tentu sudah lebih berpengalaman. Selain itu, kita bisa mengamati cara orang lain mendidik anaknya. Yang menurut kita baik, kita ambil. Nah, ilmu yang sudah kita serap tadi bisa kita coba saat berinteraksi dengan anak kecil di lingkungan sekitar. Yaa hitung-hitung bereksperimen, hihi.. Tapi hati-hati ya. Salah-salah kita bisa dimarahi ibunya :p.

Kebetulan, saya punya dua keponakan berumur 3 dan 5 tahun. Objek tepat untuk bereksperimen, hehe.. *ssst, jangan bilang sepupu saya ya :p. 

So show them your love! :)



Tambahan bacaan:
Rasulullah mencintai anak kecil

Gambar dari sini.

_________________________


Child abuse shrinks key brain memory centre

  by Andy Coghlan

Maltreatment of children may stunt growth of the hippocampus, a brain region vital for memory. That's the conclusion of a study of 193 outwardly healthy adults aged 18 to 25 from the Boston area.
The stunted hippocampi could help explain how childhood stress raises the risk of psychiatric disorders in adulthood, ranging from depression, schizophrenia and post-traumatic stress disorder to personality disorders, drug addiction and even suicide.
Martin Teicher of McLean Hospital in Belmont, Massachusetts, and colleagues used standard questionnaires to reveal which volunteers had suffered abuse as children, and found size differences in regions of the hippocampus through detailed MRI brain scans.
Big differences were seen in people who said that as children they had experienced verbal, physical or sexual abuse, physical or emotional neglect, bereavement, parental separation or parental discord. Three sub-regions of the hippocampus were between 5.8 and 6.5 per cent smaller in such volunteers, compared with those who reported no maltreatment.

Stress strike

The three sub-regions – the dentate gyrus, the cornu ammonis and the subiculum – are all known to be vulnerable to the effects of stress hormones, which probably interfere with the formation of cells and new tissue as the immature brain develops.
"These findings support the hypothesis that exposure to early stress in humans, as in other animals, affects hippocampal development," concludes Teicher's team. They say that the study is the largest and most detailed yet to examine the phenomenon in people, and the results echo those seen in the hippocampi of rats and monkeys subjected to stress as infants.
Child abuse or poverty can also alter which genes are active in the developing brain through a process called epigenesis. These changes canlead to diseases such as schizophrenia and bipolar disorder.
"Childhood maltreatment is like a surgical strike on the brain," says Carmine Pariante, who studies the effects of stress on child development at the Institute of Psychiatry, Kings College London. "This explains why these individuals are at risk of developing a host of stress-related disorders later in life – because they have an impaired ability to cope with stress."
"Findings like this indicate that maltreatment can leave damage hidden deep inside the body that persists for many years," says Terrie Moffitt of Duke University in Durham, North Carolina. "Once we appreciate that child maltreatment brings hidden damage that can resurface years later as memory problems, preventing child abuse seems like a very good deal."
Journal reference: Proceedings of the National Academy of Sciences, DOI: 10.1073/pnas.1115396109

Post a Comment

0 Comments