Syukurku tahun ini


Allaahuakbar Allaahuakbar Allaahuakbar 
Laailaahaillaahu Allaahuakbar
Allaahuakbar wa Lillaahil hamd


Suara takbir bersahut-sahutan dari satu masjid ke masjid lain. Dari satu mobil bak terbuka ke mobil bak terbuka lain, lengkap dengan beduk bertalu-talu. Semuanya bergembira menyambut Idul Fitri, hari kemenangan.

Alhamdulillaah, setelah 3 tahun terdampar di negeri orang, melaksanakan shaum Ramadhan dan merayakan Idul Fitri dengan sahabat seperjuangan, tahun ini saya bisa menikmati keduanya di tanah air tercinta. Tidak selamanya di negeri asing itu tidak enak, sebagaimana tidak selamanya di negeri sendiri itu enak. 

Indonesia dengan 80% persen penduduk beragama Islam memang menyediakan atmosfer yang kondusif untuk beribadah di bulan Ramadhan. Pada siang hari, justru aneh kalau kita melihat orang makan minum di tempat umum. Restoran-restoran memasang tirai untuk menghalangi pandangan orang berpuasa dari pengunjung yang sedang menikmati hidangan. Stasiun televisi menyajikan acara-acara bertema Ramadhan, mulai dari ceramah agama sampai kuis saat sahur. Orang-orang serempak menjadi alim, berbusana (lebih) sopan. 

Tentu suasana seperti itu mustahil untuk dialami di negeri rantau. Azan saja hanya bisa didengar di dalam masjid karena pengeras suara tidak bisa dipasang di luar bangunan, khawatir mengganggu tetangga sekitar. Siang hari semua orang beraktivitas seperti biasa. Bahkan Ramadhan yang jatuh di musim panas justru memberikan cobaan tambahan berupa lama waktu shaum yang lebih panjang (17-18 jam), suhu udara yang tinggi, serta gadis-gadis berpakaian minim. 

Namun demikian, tetap saja ada hal yang membuatku rindu dengan Ramadhan di tanah seberang. Mengenang pengalaman dulu, saya berkicau sedikit di Twitter:

Pengalaman Ramadhan di negeri asing membuat saya memahami artinya persaudaraan sesama Muslim. Banyak beda, tapi bicara bahasa yang sama: Islam.
Cara beribadah yang beda bukan untuk jadi pembeda. Di sana ada lahan untuk meluaskan hati dalam menerima perbedaan. Juga kesempatan untuk belajar kebudayaan.
Yang jelas, pengalaman untuk mencicipi ragam masakan khas negara lain membuat saya bisa menentukan mana yang cucok dan jadi favorit, hehe.. :D
Tapi, yang paling berkesan adala tarawih. 1 malam, 1 juz. Meski hanya 8 rakaat. Imamnya hafiz pula. Rindu. 

Selalu ada hikmah yang bisa diambil selama kita mampu melihat dan menyikapi lingkungan kita dengan pandangan positif serta memiliki keluasan hati untuk menerima hal baru. Selalu ada ruang untuk bersyukur.

Tahun ini Allah swt kembalikan saya ke Bandung setelah 4 tahun berpisah. Bandung menyimpan romantisme masa kuliah, saat saya mulai memaknai fungsi masjid yang sesungguhnya. Hati ini sudah lama jatuh cinta dengan masjid Salman dan mengunjunginya selalu menerbitkan perasaan 'kembali ke rumah'. Comfortable. Alhamdulillaah. Bisa ber-i'tikaf di masjid juga suatu kenikmatan tersendiri. Seakan kita berlomba dengan jamaah lain untuk memperoleh ampunan dan rahmat-Nya di malam-malam Ramadhan. Hanya melihatnya pun sudah indah. 

Namun, sadarkah kita bahwa segala kemudahan yang Allah swt berikan tersebut di satu sisi bisa melenakan? Terkondisikannya keadaan sekeliling bisa mengaburkan atau melemahkan niat ibadah kita. Kita puasa karena orang-orang di sekitar kita puasa. Kita sholat tarawih karena diajak teman ke masjid. I'tikaf karena ikut-ikutan. Saat lingkungan kita tidak lagi sekondusif itu, kita akan kehilangan pegangan dan bingung. Galau, istilah gaul sekarang. Tentu hal ini tidak akan terjadi jika kita paham tentang hukum suatu ibadah beserta maknanya sehingga seperti apa pun lingkungan kita, keimanan kita tetap teguh. InsyaAllah..

Berkumpul dengan orang tua dan saudara adalah hal yang paling saya syukuri di Idul Fitri tahun ini, meski tanpa kehadiran nenek tercinta (miss you, nek). Sejatinya, di mana pun kita berada, selalu ada hal yang bisa kita syukuri, sebab di sanalah tersembunyi hikmah bagi hamba-Nya yang mampu bersyukur. Wallaahu'alam bishshawab. 


Selamat Idul Fitri 1433 H 
Taqabbalallaahu minnaa wa minkum shiyaamanaa wa shiyaamakum
Semoga Allah swt menerima shaum, shalat, qiyam, sedekah, amal ibadah kita yang lain
Semoga kita bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan
Aamiin yaa Rabbal 'Aalamiin


[Image from here]

Post a Comment

0 Comments