Friday, February 8, 2013
Hari ke-20: Ketagihan bercerita
Sejarah per-blog-an saya dimulai pada tahun 2006. Entah dari mana ilham dan dorongan untuk membuat akun di Multiply. Saya tidak ingat. Namun yang jelas, tulisan di masa-masa itu masih cupu. Kebanyakan berisi curahan hati sehari-hari. Ah, jadi malu sendiri.
Seiring berjalannya waktu, tulisan saya mulai memiliki bobot. Mungkin karena otak yang makin terisi dan hati yang makin terbuka. Mungkin juga karena makin terbiasa menulis. Meski dulu seringkali vakum beberapa bulan, saya tidak pernah bisa meninggalkan blog sebagai media untuk menumpahkan isi kepala. Blog saya bertumbuh sebagaimana saya bertumbuh.
Melalui blog, saya berbagi, berekspresi, bercerita. Melalui blog, saya berinteraksi dengan pembaca, hingga berkorespondensi tanpa pernah bertatap muka langsung. Melalui blog saya bisa mengunjungi diri saya yang dulu. Ada kepuasan yang tidak terdefinisi. Bukan lagi pemenuhan kesenangan pribadi.
Sampai akhirnya saya bermigrasi ke Blogspot, blogging menjadi lebih menyenangkan karena tampilan halaman yang bersih dan modern. Apalagi setelah mengikuti #30HariBercerita, saya dipaksa untuk rutin menerbitkan tulisan setiap hari. Selama 6 tahun terakhir, belum pernah sekalipun saya menulis serutin ini. Saking terpaksanya, begitu ada hal yang menarik saya langsung berpikir untuk menjadikannya bahan cerita hari itu. Meski begitu, bisa jadi akhirnya tulisan yang terbit menceritakan hal lain. Tidak masalah.
Nah, terima kasih untuk #30HariBercerita, teman saya, Rani, mengatakan dia ingin membuat blog juga. Pernah dulu saya berpromosi tentang blogging. Tampak dia belum terlalu tertarik. Namun, gegara iseng ber-Twitter, sampai juga dia di sini lalu membaca beberapa cerita di permulaan serial #30HariBercerita. Merasa terinspirasi, akhirnya dia memutuskan akan mencicipi sendiri dunia per-blog-an.
Karena #30HariBercerita, saya jadi ketagihan bercerita. Ah, mungkin ini hanya alasan saya saja dalam rangka menghabiskan jatah jumlah kata harian. Tapi bagaimanapun, saya sekarang merasa lebih hidup. Merasa bahwa semua yang saya lihat, dengar, lakukan, rasakan itu penting dan bermakna. Dunia mendadak penuh warna.
Tidak perduli pandangan orang lain. Selama itu membuat saya bahagia dan lega, saya akan tetap menuliskannya. Beruntung, blog bebas dari peraturan apapun. Even so, your words are your responsibility.
Semoga Rani juga keranjingan bercerita nanti.
"Ran, beneran ya. Gue tunggu blog lo ;)."
- merayakan permulaan dari 10 hari terakhir #30HariBercerita -
Thursday, February 7, 2013
Hari ke-19: Bukan sekedar makan-makan
Di mana-mana syukuran itu selalu menyenangkan. Pastinya karena ada makan-makan gratis *maklum anak kosan*. Tapi esensi sesungguhnya melampaui ukuran fisik. Dari judulnya saja, kita pasti bisa menebak bahwa syukuran adalah ungkapan rasa terima kasih seseorang kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang atas limpahan karunia yang diberi.
Dalam syukuran, ada harapan. Semoga Allah swt menyisipkan keberkahan di dalam setiap sudut nikmat yang terkecap. Dan syukuran adalah cara terpraktis untuk mengetuk pintu langit melalui tengadah tangan para terundang. Kita tidak pernah tahu, doa siapa yang Allah kabulkan saat itu.
Melalui syukuran seseorang juga bermaksud berbagi kebahagiaan. Percayalah bahwa membahagiakan orang lain itu membahagiakan. Tak hanya tubuh, jiwa juga membutuhkan vitamin B: Bahagia. Jangan sibuk membagi keluhan, sibuklah berbagi kebahagiaan *bukan curcol*.
Yang jelas, syukuran membuat yang terundang merasa dirinya bermakna dalam hidup yang mengundang. Ini adalah bentuk pengakuan yang penting bagi kehidupan sosial seseorang. Masalah seberapa bermakna, hanya si pengundang (dan Allah swt) yang tahu.
***
Syukuran tadi siang merangkum semuanya. Sekali lagi, selamat kepada Pak Utomo dan Pak Dermawan atas pengangkatan Bapak berdua sebagai Guru Besar.
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater *bukan Maung Bandung, ya*.
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater *bukan Maung Bandung, ya*.
[No picture doesn't always mean hoax. Really.]
Saturday, February 2, 2013
Hari ke-18: Letter to my (future) children
Dear children,
I know we haven't met yet, but I already love you and always will.
I promise to cuddle you every morning and kiss you every night.
Seeing you sleep would be my greatest serenity.
I promise to nurture not only your body, but also your mind and soul.
I promise to always answer your call. Look you in the eye when you talk to me.
And lead you to find the answer of your questions on your own.
And lead you to find the answer of your questions on your own.
Seeing you smile would be my greatest joy.
I promise to help you grow to your capacity. Be a person you dream to be.
I promise to always open my arms and provide you shoulders.
Seeing you bloom would be my greatest proudness.
The time for us to meet is still within our Creator's knowledge. Soon is my hope.
For that, I promise to find a great father for you, my dear children.
He who would love you as I do.
[Image is from here]
Friday, February 1, 2013
Hari ke-17: Loved
Pagi ini ayah saya mengirimkan pesan singkat berisi motivasi untuk yang kedua kali dalam dua minggu terakhir.
Tetapkan tujuanmu, lalu fokus. Lakukan suatu tindakan. Lakukan prosesnya, lalu nikmati. Proses perlu waktu, perlu kerja keras dan kerja cerdas, perlu kesabaran, perlu konsistensi. Jangan pernah berhenti berjuang. Kita harus punya jiwa pejuang, pantang mundur, tidak mudah putus asa, tidak mudah mengeluh.
Antara terharu dan bertanya-tanya. Terharu karena saya tahu inilah cara ayah memberikan perhatian dan dukungannya. He's not a direct verbal person. Bertanya-tanya karena baru kali ini ayah mengirimkan pesan seperti itu dalam waktu yang berdekatan. Twice in two weeks is extraordinary. Mungkin ayah berpikir ini masa-masa rawan bagi saya untuk kehilangan semangat dalam meraih tujuan :p. Atau mungkin juga ayah ingin lebih dekat dengan anak perempuannya. Perhaps he feels that soon he has to share his little girl with someone else.
Whatever the reason is, the feeling of being loved unconditionally warms my heart.
Love you too, Dad <3
Subscribe to:
Posts (Atom)