Sunday, June 22, 2014
One down!
After a long break, I'm back!
Well, it was not actually a break. It was more like I-didn't-have-desire-to-write-because-I-had-to-concentrate-on-writing-thesis-while-I-kept-procrastinating-it-until-three-weeks-before-deadline-because-I-had-another-deadline situation. Complicated.
Anyway, now that I've started writing again, you might expect that the storm had passed and the ocean has come back calm. Partly, yes, it has.
Alhamdulillaah.. With Allah's help, I survived the biggest storm last Friday. And soon I can add MSM after my name (though I won't :D).
One down, one more to go. Let's prepare for the next storm! またがんばらなきゃいけないぞ!
![]() |
After the presentation finished. In total, more than 3 hours! |
![]() |
'Celebration' dinner |
![]() |
With my supervisor in TUS, Arai Sensei |
Friday, March 21, 2014
Pelajaran bernama pernikahan
Kemarin seorang teman menulis di status Facebook-nya tentang International Day of Happiness dengan menyebut rencana pernikahan Dude Herlino dan Alyssa Soebandono yang sukses membuat temannya patah hati. Saya yang tadinya hanya baca sekilas, lantas membaca lekat-lekat. Hoo.. Dude sama Alyssa? Baru tahu.. Saya pun langsung googling demi berita yang lebih lengkap *KEPOmode. Satu berita berlanjut ke berita lain. Nuri Maulida, Ayu Tingting, dan Oki Setiana Dewi. Semuanya terkait pernikahan namun kontras. Nuri Maulida batal menikah meski sudah dilamar, Ayu Tingting yang menggugat cerai, dan Oki Setiana yang pulang bulan madu. Ini kenapa jadi ngomongin artis sih? Hahaha..
Saya ga akan bahas satu-satu karena tetap saja akan kalah dari acara-acara infotainment itu. Saya cuma ambil hikmahnya bahwa pernikahan adalah bagian dari takdir Allah swt yang harus kita usahakan dan tempuh dengan niat yang benar karena-Nya dan cara yang sesuai dengan petunjuk Rasul-Nya. Jika selama proses menuju pernikahan ada yang ga sesuai, mungkin akan ada efeknya setelah menikah kelak. Mungkin loh ya soalnya ga ada survei yang mendukung. Data rules! But experience tells.
Karena menikah adalah ibadah kepada Allah swt, niat menjadi sangat penting. Menikah karena ingin melaksanakan perintah Allah swt dan ingin mengikuti contoh yang diberikan Rasululullah saw sekaligus menjadi bagian dari umatnya. Niat inilah yang membuat seseorang tetap mengembalikan semua yang terjadi sepanjang proses menuju pernikahan kepada Allah swt. Salut buat Nuri. Pasrah dan berpikiran positif terus. Kalaupun ga jadi menikah, akan lebih mudah untuk menyembuhkan luka hati, kesedihan, dan kekecewaan yang mendera hingga akhirnya mampu bangkit dan membuka hati lagi. Tsaah *pake kacamata item.
Setelah niat, cara adalah hal kedua yang perlu diperhatikan. Ga mungkin kan pernikahan yang berkah diawali dengan hal-hal bisa mengurangi keberkahan tersebut? Sama seperti ingin masuk sekolah tertentu tapi pakai uang pelicin alias menyogok. Keberkahan ilmu yang didapat mungkin ga akan sempurna lagi. Nah, bagi saya pacaran sebelum menikah termasuk di antaranya. Karena itu saya senang sekali saat menonton berita tentang Oki Setiana yang menikah tanpa melalui proses pacaran. Pacarannya setelah menikah. Huah ngiri. She looked sooo happy. Pancaran mata dan ekspresi wajah emang ga bisa bohong ya.
Gimana kalau salah satu atau keduanya ada yang ga benar? Wallaahu'alam. Tapi belajar dari kasus Ayu Tingting, pernikahan yang diharapkan akan membawa kebahagiaan bisa kandas bahkan sebelum kapalnya berlayar jauh dari pelabuhan karena hal yang terlihat sepele. Pesta pernikahan. Miris. Apalagi sudah lahir anak di antara keduanya. Terlepas dari rumor soal alasan di balik pernikahan, permintaan tes DNA dari pihak laki-laki membuat saya makin miris. Saya hanya kasihan kepada bayi yang belum genap tiga bulan itu. What the future will be for her dengan orang tua yang berpisah di awal kehidupannya dan si Ayah malah mempertanyakan statusnya sebagai anak. Ah, jadi terbawa emosi, padahal kenal juga enggak.
Berbagai kasus perceraian artis memberi pelajaran lain bahwa kebahagiaan ga turun dari langit, ga gratisan kayak hujan (eh kecuali hujan buatan ya). Dia memang hadir di awal, tapi untuk seterusnya dia harus diusahakan or it will fade with time. Bahkan bisa jadi harus dibayar dengan air mata dan pengorbanan. Banyak yang bertahan dan mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan, namun banyak juga yang menyerah. Apa yang membedakan kekuatan keduanya? Niat, doa, dan tawakkal. Tampak mudah, tapi pelaksanaannya (pasti) sulit. Berhubung saya belum menikah yaa, I can't tell you more :p.
Mungkin sebelum menikah, mereka ga tahu kalau pernikahan itu seperti sekolah, tapi tanpa guru. Ga ada yang mengajarkan cara ampuh berkomunikasi dengan pasangan atau rumus singkat mengatasi kekesalan padanya. Ga ada yang memberi tahu cara membaca suasana hati pasangan atau cara menyenangkan hatinya. Ga ada yang bisa mengatur ego kita selain kita sendiri. All things are learning by experiencing. Belajar dari buku atau pengalaman orang lain bisa membantu, tapi semua harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing as every person is unique. Kesiapan dan kesediaan untuk belajar inilah yang membuat pernikahan karena perjodohan bisa langgeng, di saat yang diawali dengan pacaran malah bubar di tengah jalan. Seperti pasangan Indra dan Nunik Noveldy katakan, "Soulmate is made, not found". Harap dicatat dan digarisbawahi atau distabilo sekalian.
Maka dari itu, persiapan sebelum menikah ga hanya yang sifatnya fisik, tapi juga hati dan mental. Dan itu ga bisa diukur dari umur. Umur itu pasti, tapi dewasa itu pilihan. Tsaah *kibasin kerudung berhubung ga punya poni. Apalah gunanya pesta pernikahan yang mewah kalau pernikahan itu sendiri hanya seumur jagung *lebay. Lebih baik curahkan energi untuk mempersiapkan kehidupan setelah pernikahan. Ah, hari ini saya bijak sekali haha..
Untuk Dude dan Alyssa, semoga pernikahan kalian dilimpahi keberkahan dan kebahagiaan dunia akhirat. Aamiin.
Dan semoga saya menyusul :). Aamiin.
Note:
Here is a good article about happiness in marriage.
"People often get so overwhelmed by the first few years they forget that a successful marriage requires work."
Tuesday, March 11, 2014
[latepost] 20-something
Sunday, February 9, 2014
One year after
Again the tears are rolling on my cheeks tonight.
Miss u, Yah..
You are my best bodyguard who always made me feel safe. You drove me on my first day of kindergarten. Felt insecure, I didn't want you to leave. I looked outside the class once in a while to make sure you were still there. When you thought you could leave me, you quickly walked to the car and went to work. But unfortunately I soon realized you were not standing at your place, so I ran outside the class and cried very loud. Coincidently your car passed by the school gate; I shouted your name and ran after you. That day you had to absent from your work. I'm sorry, Yah.
Do you remember how I came home barefoot? I left my shoes outside the car when we took a rest on our way to the location where I should perform a dance with my friends. After that you had to race to work since your office was at the other part of the city. I was the only child without adult companion. It was my friend's mom who dressed me up. You must didn't know how lonely I was. The event ended at noon and my feet burnt of heat. I was so upset, but I know you had tried the best you could to let me participate in the event.
Sometimes you picked me up from my English course. Once I asked you not to go home straight away. We went to the nearest shopping mall to buy Ibu a birthday gift with the money I saved from my pocket money. I was so happy and proud of myself. You must be proud of me too, right?
As a teenager, my world was spinning around my friends. Yet you never forbid me of anything I was interested in. You let me continued my guitar course even though the house's economy was rather short. You trusted me and I tried not to break it.
When those 17th birthday party invitations from my classmates come, instead of prohibited me, you drove me, waited until I was ready to go home and picked me up. You accompanied me whenever and where ever I had to go for competition my school sent me. You supported me with everything you had. Never doubted me as I took the path I am right now.
You read the book I read and we talked about the story. You listened the songs I was listening and even remembered the singers. I often tested you when the song was being played at some store or on the radio. You know, at those times, I felt you understood me as a friend. Thank you for guiding me during my growth as a child, teenager, even until my adulthood.
You are my best partner in discussing any topic we came across at that moment. Heavy or light, anything. Politics, education, economy, anything. It was always interesting to have a discussion with you. I miss those moments when we had to share the newest morning newspaper.
Actually I miss everything about you.
I miss your jokes. I miss your comments. I miss your compliments and critics. I miss your stubbornness. I miss your touch. I miss your voice.
I miss you.
I often criticized you, but I now I miss that too.
I know you were worrying about me on my back. I have to say I was touched. You are my father after all.
Thank you for teaching me about kindness, sincerity, humbleness, forgiveness, honesty, wisdom. Thank you for showing me the meaning of passion and long-life learning. I will treasure those.
Last but not least, thank you for letting me sleep on the co-pilot seat while you were driving. You knew my running-vehicle-sleeping habit the best.
I sent my prayers for you always.
- One year after -
Saturday, February 8, 2014
Semua putih!
Kemarin Tokyo heboh!
Bukan karena Sochi Olympic Winter Games yang baru dibuka kemarin malam. Level heboh yang itu baru merangkak naik. Yang ini karena salju! Tidak seperti penduduk wilayah utara Jepang yang pada sekarang mungkin sudah bosan dengan salju, bagi penduduk Tokyo (dan Kanto pada wilayah yang lebih luas), kedatangan salju bisa dihitung dengan jari di sepanjang musim dingin tiap tahunnya.
Sebenarnya ini bukan yang pertama kali salju turun tahun ini, tapi kemarin adalah yang pertama setelah 13 tahun salju turun deras di Kanto. Ketebalan salju yang menumpuk bahkan lebih dari 10 cm, pertama setelah 16 tahun. Dari malam sebelumnya, penduduk Tokyo kerepotan menyambut tumpahnya es putih dari langit. Sekop dan mesin pembersih salju sudah disiapkan. Terpal biru sudah dihamparkan di halaman universitas demi membersihkan jalan bagi peserta ujian masuk perguruan tinggi yang dilaksanakan kemarin.
Daaan... benar saja sejak pagi hari, salju turun berbondong-bondong di atas wilayah Kanto, termasuk di kota tempat saya tinggal, Noda.
Begitu saya menyalakan televisi, layaknya sedang ada kejadian gawat, di bagian kiri terdapat tulisan besar 'PERINGATAN MENGENAI SALJU DERAS DI WILAYAH TOKYO' (untung ada kamus digital o^_^o) dan di bagian bawah terdapat teks berjalan yang melaporkan kondisi terakhir jalan tol, juga perjalanan kereta dan pesawat.
![]() |
Prediksi ketinggian salju dan kecepatan angin |
Sekitar tengah hari, salju sudah lumayan menumpuk di jalan-jalan.
![]() |
Daerah sekitar Stasiun Shinjuku |
![]() |
Reporter berdedikasi tinggi melaporkan dari lapangan |
Terekam kesulitan orang-orang untuk berjalan di atas salju. Beberapa jatuh karena akibat tergelincir es. Sakitnya sih tidak seberapa. Malunya itu loh.. (pengalaman -_-). Memang berjalan di atas salju butuh teknik khusus. Apalagi kalau salju sudah mengeras. Karena licin, banyak mobil juga selip bahkan menabrak pembatas jalan atau terguling karena masih menggunakan ban biasa (istilahnya ban musim panas). Kalau di daerah bersalju, begitu masuk musim dingin, ban-ban mobil diganti menjadi ban dengan daya cengkeram yang tinggi. Berhubung di Tokyo jarang turun salju, sepertinya pengemudi tidak merasa perlu untuk mengganti ban mobil mereka (memang sayang sih, mahal tapi jarang dipakai).
![]() |
Perhatikan jalan dan pakai piranti yang sesuai! |
Selain persoalan ban mobil, kereta di wilayah Kanto juga tidak disiapkan untuk menghadapi salju yang menumpuk. Akibatnya banyak perjalanan kereta terlambat, padahal kereta di Jepang terkenal sangat tepat waktu. Begitu juga dengan pesawat. Terlihat antrian panjang penumpang di terminal domestik Bandara Haneda menunggu untuk check in karena pesawat tidak bisa terbang. Mungkin landasan pesawat tidak dilengkapi dengan pemanas sehingga salju tidak cepat mencair dan membuat landasan licin (analisis kira-kira ^o^).
![]() |
Antrian panjang penumpang |
Mendekati maghrib, salju makin menumpuk di sekitar rumah ditambah angin kencang.
![]() |
真っ白 |
![]() |
Lama tidak melihat pemandangan sepeda di tumpukan salju ^,^ |
Sampai malam salju dan angin masih setia.
![]() |
Hening |
Karena dulu di Sapporo saya disuguhi salju setiap hari di musim dingin, masih teringat kuat perasaan bosan dengan salju. Hidup terasa sulit. Saya berpikir, "Enak ya (tinggal) di Tokyo" setiap kali melihat perkiraan cuaca yang menunjukkan perbedaan suhu 10 dC antara Sapporo dan Tokyo. Apalagi tidak ada tumpukan salju di Tokyo.
Karena itu saya mengatakan kali ini saya tidak mau salju.
Namun ternyata mendapati salju di tengah musim dingin yang 'kering' itu menyenangkan juga. Rasanya seperti baru pertama kali melihat salju. Senang, deg-degan, takjub. Meski saya tahu, setelah dua minggu perasaan senang makin lama makin pudar (Alhamdulillah di sini salju tidak sampai dua minggu ^o^).
Orang Sapporo mungkin berkomentar, "Orang Tokyo heboh amat baru salju segitu doang" (itu sih saya kayaknya hehe..). Wajar sih, kan hampir setiap hari turun salju. Tapi sekarang saya tinggal di Kanto, salju menjadi suatu hal yang ditunggu. Dan begitu turun, apalagi deras seperti kali ini, kehebohan terasa wajar dan bisa dimaklumi.
Sebagai manusia, memahami perspektif orang lain memang perkara sulit karena masing-masing dari kita memiliki kacamata kita sendiri. Tidak semua orang mau mencoba untuk melihat dari kacamata orang lain. Baru setelah mengalaminya sendiri, biasanya seseorang baru paham dan bisa melihat dari cakupan yang luas. Maka dari itu, berbahagialah orang yang bersedia membuka hati dan pikirannya untuk mencoba memakai berbagai macam kacamata. Tidak hanya pemahaman yang diperoleh, namun juga kebijaksanaan yang mengikuti.
Eh, kok jadi melebar begini? Dari salju hingga kacamata hahaha.. >y<
Baiklah intinya, salju masih turun di Noda. Karena kedatangan berikutnya belum diketahui, besok pagi saya mau keliling rumah untuk foto-foto. Yeay! ^_^/
Subscribe to:
Posts (Atom)