Ibu, Pendidik Utama Keluarga

 


Selamat Hari Pendidikan Nasional!

Saat bicara tentang Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei, tentu kita langsung mengingat Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan nasional Indonesia. Beliau menentang kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang hanya membolehkan anak orang kaya dan anak keturunan Belanda untuk bersekolah, hingga akhirnya diasingkan ke negeri Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, beliau mendirikan Taman Siswa yang menjadi cikal bakal Sekolah Rakyat, sekolah bagi kaum lapis menengah ke bawah yang sebelumnya tidak bisa menikmati bangku pendidikan. Sepak terjang beliau kemudian yang menjadikan pemerintah Indonesia menetapkan hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional. 

Pada tanggal yang sama puluhan tahun kemudian lahir pula seorang pendidik. Meski hanya memiliki dua murid, justru tidak ada yang bisa menggantikan jasa pendidik ini. Tidak ada jam sekolah maupun buku teks khusus yang dipakai, tetapi ajarannya melekat membekas hingga sekarang. Pastilah namanya tidak mungkin disejajarkan dengan Ki Hajar Dewantara. Walau begitu, sosoknya berperan penting dalam proses pendewasaan dan pemanusiaan diriku, bermula jauh sebelum aku mengenal sekolah. 

Siapakah dia? Dia adalah ibuku, pendidik nomor satu di dalam keluarga. Lewat didikannya, aku mengenal Allah, Rasulullah, dan agamaku. Lewat ajarannya, aku mengenal abjad dan angka, bentuk dan warna, sains dan matematika. Lewat tuntunannya, aku mengenal cara membawa dan menempatkan diri dalam pergaulan. Lewat contoh darinya, aku mengenal cara berempati kepada sesama. 

Ibu adalah pusat di dalam keluarga. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, al-ummu madrosatul ula. Dialah tangan pertama yang akan menanamkan akar karakter seorang anak. Akar yang kuat akan mampu menyangga batang ilmu yang kokoh, juga cabang dan ranting pengalaman yang menyebar. Darinya tumbuh daun kerja sama dan persaudaraan yang rimbun serta bunga amal kebaikan yang indah. Pada akhirnya buah kebahagiaan yang manis akan bisa dinikmati di dunia dan akhirat*.  

Tugas ini sangatlah berat. Oleh karena itu, sudah semestinya seorang perempuan memiliki bekal yang mumpuni agar bisa menjalankan peran alaminya kelak sebagai ibu dengan baik. Adapun bekal tersebut tidak bisa lepas dari pendidikan yang dienyam sedari kecil, pendidikan yang membentuk karakter baik yang tertanam kuat. Hal inilah yang dicurahkan Kartini dalam suratnya:

Ibu adalah pusat kehidupan rumah tangga. Kepada mereka dibebankan tugas besar mendidik anak-anaknya, pendidikan akan membentuk budi pekertinya. Berilah pendidikan yang baik bagi anak-anak perempuan. Siapkanlah dia masak-masak untuk menjalankan tugasnya yang berat. (Halaman 386)

Sekolah saja tidak cukup untuk membentuk pikiran dan perasaan manusia, rumah pun harus turut mendidik. (Halaman 565)

Dan tidak ada usaha mendidik yang lebih baik selain daripada contoh yang baik, teladan yang patut ditiru orang. (Halaman 480)

Tentu di samping bekal pendidikan, seorang ibu juga harus senantiasa meningkatkan kapasitas keilmuan dan keahlian. Apalagi di era digital seperti sekarang, tantangannya semakin besar dan berat. Ibu yang tidak melek teknologi akan kesulitan dalam membersamai anak-anak dalam mengembangkan potensi dan menemukan peran peradabannya di dunia.   

Maka dari itu, di Hari Pendidikan Nasional ini marilah kita kembali menyadari bahwa pendidikan sejatinya berawal dari rumah. Rumah adalah lingkungan pertama bagi seorang anak sebelum ia keluar dan berinteraksi sosial, sebelum ia berkenalan dengan institusi pendidikan bernama sekolah. Selain itu juga kembali menyadari bahwa ibu memegang peran sentral dalam pendidikan keluarga. Maka jadilah ibu yang cerdas agar lahir generasi yang cerdas pula. 

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
 
"Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik. (HR. Al-Hakim)

__________

*Terinspirasi dari pemikiran Prof. Dr. Arif Rachman, M.Pd.:

Pohon pendidikan itu...
Berakar moral, agama, dan falsafah Bangsa
Berbatang ilmu dan pengalaman,
Beranting amal yang sholeh,
Berdaun silaturahmi dan semangat kerja sama
Serta berbuah kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat.


Post a Comment

0 Comments