Menjadi Pemakmur Bumi dengan Ekonomi Sirkular


Model ekonomi sirkular semakin bergaung akhir-akhir ini untuk menggantikan model lama yang berbentuk linier. Di dalam ekonomi sirkular, alih-alih memakai alur buat-pakai-buang, jalur suatu barang berputar seperti siklus tertutup yakni, buat-pakai-pakai ulang-buat ulang-daur ulang-buat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi (bahkan jika bisa, menghilangkan) sampah/limbah dan menggunakan bahan baku secara berkesinambungan.


Perbedaan ekonomi linier dan sirkular
Sumber: Catherine Weetman - Own work, CC BY-SA 4.0


Prinsip ekonomi sirkular

Ekonomi sirkular mencakup prinsip reuse, remanufacturing and refurbishing, dan recycling, bersamaan dengan longer use, intensifying use, dan dematerialisation. Adapun menurut Kementerian Perindustrian RI, konsep ekonomi sirkular bisa tercapai melalui lima prinsip utama yang dikenal dengan '5R', yakni Reduce, Reuse, Recycle, Recovery, dan Repair

  1. Refuse and reduce (tolak dan kurangi). Ini adalah langkah pertama. Sebisa mungkin kita menolak memakai produk sekali pakai sedari awal, lalu mengurangi sampah dengan beralih dari produk sekali pakai ke produk yang bisa dipakai berulang, misalnya mengganti sedotan plastik menjadi sedotan silikon/stainless. Dengan memakai produk lebih lama dan lebih intensif, kita juga bisa mengurangi jumlah sampah. Ide tentang sharing (pemakaian bersama) juga merupakan salah satu bentuk mengurangi sampah, contohnya penyewaan mainan anak atau peminjaman buku. Industri yang memegang prinsip reduce akan mengambil sesedikit mungkin bahan baku dari alam dan memilih untuk menggunakan bahan baku hasil daur ulang atau perolehan kembali.
  2. Reuse (pakai ulang). Prinsip ini berarti menggunakan kembali sampah sesuai fungsi aslinya, misalnya memakai kembali botol plastik bekas sabun/sampo untuk diisi ulang. Konsep pakai ulang juga berlaku pada pengalihfungsian sampah menjadi produk lain yang bisa dipakai, misalnya kantong bekas deterjen menjadi tas, atau sesederhana botol bekas menjadi vas bunga. Selain itu, bisa dengan menyumbangkan barang layak pakai kepada orang lain yang membutuhkan atau malah kita sendiri yang memakai barang seken bekas orang lain. 
  3. Remanufacturing and refurbishing (pembuatan ulang dan perbaikan). Dalam proses pembuatan ulang, produk dibuat kembali dengan mengkombinasikan komponen yang dipakai ulang, diperbaiki, dan baru hingga mencapai spesifikasi sesuai produk aslinya. Bagian yang rusak atau usang diperbaiki atau diganti, begitu juga dengan yang menyebabkan performa menurun atau umur produk berkurang. Produk hasil pembuatan ulang harus memenuhi harapan pelanggan sama seperti terhadap produk baru. Adapun perbaikan berarti proses untuk mengembalikan komponen hingga ke tingkat fungsional dan/atau memuaskan sesuai spesifikasi awal dengan cara pelaburan, pengecatan ulang, dll. 
  4. Recycling (daur ulang). Proses daur ulang bertujuan untuk mendapatkan bahan baku produksi dari sampah/limbah. Bahan yang bisa didaur ulang, antara lain adalah botol kaca, kertas, karton, plastik, dan logam. Dalam kasus botol plastik, melalui proses daur ulang akan diperoleh pelet plastik yang menjadi bahan baku untuk pembuatan produk plastik baru. Daur ulang juga bisa dalam bentuk pengomposan sampah organik seperti sampah dapur dan kebun. Keberhasilan prinsip daur ulang sangat bergantung pada proses pemilahan sampah sebagai input proses daur ulang. 
  5. Recovery (perolehan kembali). Contoh penerapan prinsip ini adalah pada pengolahan air limbah sehingga aman untuk dipakai di sektor lain, di antaranya pertanian, atau dilepaskan kembali ke lingkungan. Melalui penelitian dan didukung teknologi yang memadai, proses pemulihan dapat menjadi sumber material baru untuk menghasilkan suatu produk. 


Mengapa perlu ekonomi sirkular?

Ekonomi sirkular berasal dari pemikiran bahwa persediaan sumber daya alam semakin menipis. Di sisi lain, pertambahan penduduk bumi turut andil dalam menambah kerusakan lingkungan akibat pengerukan sumber daya dan pembuangan sampah. Oleh karena itu, berbagai usaha dilakukan untuk menciptakan hidup berkelanjutan demi masa depan anak cucu. 

Terlebih lagi sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita menyadari salah satu tugas manusia adalah sebagai pemimpin yang memakmurkan bumi. Bagaimana? Yakni dengan cara memanfaatkan apa yang tumbuh di bumi untuk kelangsungan hidup dan mengelolanya dengan penuh tanggung jawab. Jangan sampai kita menjadi "orang yang merusak dan menumpahkan darah" seperti yang dipertanyakan oleh malaikat saat Allah Swt. hendak menjadikan khalifah di bumi (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30).

Sebagai penutup dari seri lingkungan hidup di bulan Juni, saya ingin mengutip QS. Al-A'raf 7: Ayat 56.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَ رْضِ بَعْدَ اِصْلَا حِهَا وَا دْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan."

Mari bersama-sama menyelamatkan bumi dari kerusakan agar rahmat dan berkah Allah Swt. senantiasa melingkupi kita semua.

Post a Comment

2 Comments