Posts with the label Dapur
Showing posts with label Dapur. Show all posts
Showing posts with label Dapur. Show all posts

Friday, May 20, 2022

Mengenal Tiga Kudapan Indonesia Peninggalan Belanda

Sebagai bangsa, bisa dikatakan Belanda tidak memiliki tradisi kuliner yang kuat. Sejauh pengamatan saya (dan hasil browsing), jarang sekali kita bisa menyebutkan nama masakan khas Belanda, selain stamppot. Stamppot sendiri adalah makanan yang sangat sederhana karena bahan dasarnya hanya kentang dan sayuran, misalnya wortel, bayam, atau kembang kol. Cara memasaknya pun mudah: kentang dan sayuran direbus dalam satu panci, lalu dilumatkan bersama-sama. Mentega, susu, dan bumbu-bumbu, seperti garam dan merica ditambahkan belakangan. Sungguh menghemat cucian piring. Sebagai sumber protein, kentang lumat ini bisa dimakan bersama rookworst (sosis asap), bola-bola daging, ikan, ayam, hingga ikan dan keju.

Makanya, sulit jika diminta untuk menulis tentang makanan khas kota masing-masing demi menjawab Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini. Iya, iya, Belanda bukan kota, tapi coba bayangkan, deh, dari skala negara saja sulit, apalagi skala kota?
Untungnya dalam hal kudapan, Belanda punya beberapa yang bisa dimasukkan ke dalam daftar harus-banget-dicoba kalau kita berkunjung ke negeri kincir angin ini. Sebut saja, poffertjes dan stroopwafel. Ada juga tradisi makan oliebollen yang baru dijajakan di tiga bulan terakhir setiap tahun dan menjadi hidangan khas tahun baru.

Tidak, saya tidak akan membahas soal kudapan khas Belanda karena setelah mencoba langsung, semuanya jadi biasa saja. Tidak ada yang benar-benar sampai ke hati #tsaah. Jadi, apa, dong?

Hampir lima tahun tinggal di Belanda membuat saya sadar, irisan budaya Indonesia dan Belanda—mengingat sejarah panjang keduanya—terdapat pada banyak hal. Tak ketinggalan, akulturasi juga terjadi di bidang kuliner. Makanan Indonesia diadaptasi oleh orang Belanda, vice versa. Makanya, menu Indonesia seperti sate, lumpia, nasi/bakmi goreng, lazim dijumpai di restoran atau supermarket. Sebaliknya, makanan Belanda diadaptasi di Indonesia dan disesuaikan dengan lidah lokal. Ada yang masih mirip dengan bentuk aslinya, bahkan namanya pun mirip. Namun, ada juga yang wujudnya berbeda meski namanya sangat "Londo". 

Nah, kali ini kita akan mengenal kategori kedua: kudapan Indonesia yang berakar dari Belanda. Hmm … apa saja, ya? Yuk, kita lihat satu-satu sambil membandingkan versi adaptasi dan aslinya!


Kastengel, Kaasstengels, dan Kaastengels

Masih dalam suasana lebaran, pasti kita akrab dengan kue kering yang satu ini. Kastengel adalah kue istimewa yang kerap hadir saat perayaan hari besar keagamaan di Indonesia, terutama Idulfitri dan Natal. Kue kering ini kental dengan cita rasa keju yang juga menjadi parameter harganya. Makin ngeju—biasanya penjual memakai campuran keju cheddar dan Edam di dalam adonan—makin mahal harganya.

Entah dorongan dari mana, tahun ini untuk pertama kalinya saya membuat kastengel sendiri. Mumpung ada di Belanda, negerinya keju, saya bisa dengan mudah mendapatkan keju betulan—bukan yang dicampur dengan macam-macam bahan lain (processed cheese) seperti yang disebut "keju" di Indonesia. Sebagai informasi, di Belanda umumnya penamaan keju merujuk pada lamanya waktu keju disimpan. Makin lama, keju akan makin keras dan makin kuat rasa dan bau yang dihasilkan. Dari muda ke tua, namanya adalah jong, jong belegen, belegen, extra belegen, oud.

Soal resep kastengel, jangan harap kita akan mendapatkan versi aslinya sebab kue ini memang tidak eksis di Belanda. Dengan kata lain, kastengel itu bisa-bisanya orang Indonesia dalam membuat resep! Mungkin waktu itu orang Indonesia terinspirasi dari orang Belanda yang membuat kue kering berbahan dasar keju ini.

Eh, jadi gimana? Di Belanda enggak ada kastengel, tapi orang Belanda membuat kastengel?

Kastengel asli Belanda berbeda bentuknya dengan yang kita kenal di Indonesia. Malah sebenarnya ada dua jenis: kaasstengels (dengan dua s) dan 
kaastengels (dengan satu s). Nah, lo, apa bedanya?

Bagai anak kembar nonidentik yang namanya hanya berbeda satu dua huruf (foto kastengel dan kaasstengels: Canva, kaastengels: topking).

Kaasstengels adalah cheese stick (kaas = keju, stengel = stick) yang terbuat dari kulit pastry yang dipotong memanjang dan diberi taburan keju. Terdengar gampang, tapi kalau membuat sendiri, hasilnya tetap tidak seenak membeli di toko. Ha-ha-ha. Menurut blog orang, kaasstengels bisa dibeli di bakkery, tapi saya, sih, cukup membeli di supermarket. Itu pun sudah enak, kok. Garing, gurih, dan wangi khas keju bikin ketagihan. 

Adapun kaastengels adalah makanan serupa lumpia, tapi alih-alih campuran daging/sayur, bagian dalamnya diisi keju (kaas berarti keju). Bisa jadi justru orang Belanda yang terinspirasi dari orang Indonesia (yang juga mengadopsi dari Cina) untuk menggoreng keju favoritnya dengan bungkus kulit lumpia. Di luar garing kres kres, di dalam keju lumer. Duh, membayangkannya sudah menerbitkan air liur. YummyKaastengels biasanya dijual di kedai sebagai camilan pendamping minuman. Lucunya, kaastengels sebenarnya merupakan merek dagang. 

Kastengel (tanpa dua a dan dua s) ala Indonesia malah tidak menyerupai keduanya. Jadi, tidak tepat bila ada yang bilang, kastengel berasal dari Belanda. Walau namanya ke-Belanda-Belandaan, kastengel itu asli Indonesia. Keju yang dipakai juga keju yang ada di Indonesia. Yang diimpor dari Belanda hanya keju Edam yang tergolong jenis keju tua—dan membuat harga kastengel biasanya paling mahal dibandingkan jenis kue kering lain. Tempo hari saya menggunakan keju belegen yang lebih muda untuk mendapatkan rasa keju yang lebih soft. Walau begitu, tetap enak, dong. Sayangnya stok di rumah sudah keburu ludes sebelum sempat difoto. He-he-he. 

Lekker Holland dan Boterkoek

Saya baru tahu nama kue ini saat browsing resep di Cookpad. Konon kue ini sempat hits di Indonesia. Jujur saya agak mengernyitkan dahi sebab dalam bahasa Belanda, lekker berarti enak dan Holland adalah sebutan untuk Belanda. Jadi, arti nama kue ini "Belanda enak" gitu?

Baru setelah bertanya pada Om G yang serba tahu, ternyata kue lekker Holland diadaptasi dari boterkoek. Kalau itu, sih, saya tahu karena sudah pernah mencicipi rasanya. Deskripsi kue lekker Holland di resep mirip dengan boterkoek—renyah di luar, lembap dan padat di dalam.

Tingkat kemiripan 90%, lah, ya (foto lekker Holland: fibercreme, foto boterkoek: Canva).

Meski demikian, dari segi resep pastinya tidak persis sama. Namanya juga adaptasi. Alih-alih memakai 100% mentega (boter = mentega, koek = kue), kue lekker Holland memakai campuran mentega dan margarin. Untuk mengompensasi rasanya gurih, ditambahkan susu bubuk, padahal resep asli tidak menggunakan susu sama sekali. Lagi pula, di sini susu bubuk biasanya hanya dikonsumsi bayi dan batita (bukan untuk campuran kue).

Bagaimana dari segi rasa? Apakah ada perbedaan signifikan? Sayangnya saya tidak bisa membandingkan karena belum pernah mencoba kue lekker Holland. Yang jelas di lidah saya, boterkoek itu tipe kue yang dimakan-sedikit-aja-udah-enek, cocok untuk menjadi teman minum kopi. Teksturnya yang padat membuat boterkoek lebih bisa menjadi pengganjal perut kala lapar dibandingkan tipe kue seperti bolu chiffon yang kinyis-kinyis. Dengan catatan, jumlah yang dimakan sama, ya. He-he-he.

Onbekuk dan Onbijtkoek

Kue ketiga ini adalah yang paling mendekati asli dari rupa, rasa, dan nama. Diadaptasi dari kata ontbijtkoek, onbekuk menggunakan rempah-rempah, khususnya kayu manis dan cengkeh, dalam adonannya. Bisa ditebak, aromanya khas sekali.

Sesuai namanya, ontbijtkoek biasa disantap untuk sarapan (ontbijt = sarapan/makan pagi, koek = kue). Di supermarket pun, kue ini bisa ditemukan berdampingan dengan aneka selai, meses, madu, dan crackers yang biasa ada di meja makan saat sarapan. Meski lidah Indonesia akrab dengan rempah, saya kurang suka ontbijtkoek, justru karena aroma dan rasa rempah yang sangat kuat.

Lucunya saat saya mencari resep onbekuk di Cookpad, hanya ada tiga resep. Begitu saya ketik ontbijtkoek, eh, malah banyak. Ha-ha-ha. Ini membuat saya penasaran, bagaimana orang Indonesia melafalkannya? Kan, bahasa Indonesia dilafalkan sesuai penulisannya. Aslinya, sih, dia dibaca /onbaytkuk/. Entah, tapi sepertinya sebutan "bolu rempah/bolu spekuk" lebih aman bagi orang Indonesia daripada lidah keseleo atau timbul miskomunikasi, kan?

Yang ini bak pinang dibelah dua (foto onbijtkoek: Wikipedia, onbekuk: sajiansedap).

Penutup

Tentu masih banyak makanan Indonesia yang diadaptasi dari Belanda. Mungkin juga resepnya diciptakan di Indonesia oleh orang Belanda dengan memakai bahan lokal, lalu dinamakan dengan bahasa Belanda dan masih dipakai hingga sekarang. Bisa jadi kita tidak sadar saat memakannya, apa lagi yang namanya sudah memakai bahasa Indonesia. Yang pasti, akulturasi dalam hal makanan menambah kekayaan kuliner Indonesia. 

Ah, jadi kepingin wiskul. Kapan-kapan kita wiskul bareng, yuk, Mah! 




Mengenal Tiga Kudapan Indonesia Peninggalan Belanda

Friday, May 20, 2022

Thursday, March 10, 2022

Resep Mudah untuk Hidangan Ramadan

Ramadan akan segera tiba. Di bulan yang mulia, penuh ampunan, serta berlimpah kesempatan untuk mendapatkan pahala, tentu sayang jika waktu yang ada digunakan untuk hal-hal yang kurang bernilai ibadah. Walau bagi ibu, aktivitas menyiapkan hidangan sahur dan berbuka juga mendatangkan pahala bila diniatkan karena Allah, alangkah baiknya kita memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ibadah sunah daripada berlama-lama di dapur. Makanya, kita perlu menyiapkan kumpulan resep andalan yang praktis dan pastinya mudah agar waktu masak lebih singkat, tetapi makanan tetap enak dan membangkitkan selera.

Karena pada dasarnya saya tidak suka masak yang repot, saya ingin berbagi beberapa resep praktis yang sudah disetujui oleh lidah para stakeholder di rumah (baca: suami dan anak-anak). Resep-resep ini super gampang dalam hal persiapan maupun pelaksanaan. Pokoknya dalam waktu kilat, dengan usaha minimal, kita sudah bisa menghidangkan lauk enak dan bergizi di atas meja.

Penasaran? Ini dia tiga di antaranya.



Ayam garlic

Bahan:
500 g ayam tanpa tulang
½ sdm bawang putih bubuk
½ sdm bawang bombai bubuk (boleh dilewatkan)
½ sdt garam
½ sdt merica
1 sdm minyak goreng/minyak zaitun

Variasi:
Ayam paprika → + ¾ sdm paprika/paprika panggang bubuk
Ayam Italiano 
 + ¾ sdm basil bubuk dan ½ sdm rosemary bubuk

Langkah pembuatan:
  1. Campurkan semua bahan, lalu diamkan (marinasi) di dalam kulkas selama minimal 30 menit.
  2. Panggang ayam di atas wajan antilengket biasa atau khusus pemanggang.
  3. Masak hingga warna daging ayam berubah, tunggu sebentar sampai kira-kira setengah matang, lalu balik. Tunggu hingga matang sempurna.
  4. Angkat dan sajikan.

Catatan: ayam tanpa tulang bisa diganti dengan ayam bertulang, hanya saja waktu marinasinya harus lebih lama, minimal satu jam di dalam kulkas. Cara memasaknya pun lebih lama karena harus dipanggang di oven agar matang hingga ke dalam.

Telur dadar tuna

Bahan:
5—6 butir telur ayam
½ kaleng tuna dalam air (bukan dalam minyak)
1—2 buah jamur champignon (atau lebih tergantung selera), iris tipis
1 batang daun bawang, iris tipis
Secukupnya garam
Secukupnya merica
Secukupnya minyak goreng

Langkah pembuatan:
  1. Pecahkan telur di wadah, lalu kocok lepas hingga tercampur semua.
  2. Masukkan tuna, daun bawang, garam, dan merica.
  3. Panaskan minyak di wajan. Minyak yang banyak akan membuat telur lebih kering. Sesuaikan dengan selera.
  4. Masukkan kocokan telur. Atur irisan jamur di atasnya.
  5. Goreng telur hingga bagian bawah kering, lalu balik. Tunggu hingga permukaan bawah juga kering.
  6. Angkat dan sajikan.

Catatan: jenis jamur boleh diganti. Jamur juga bisa diganti dengan sosis, surimi, dan lainnya. Jika dihilangkan pun, tidak mengapa. Pilih yang mudah diperoleh saja.

Sop daging 

(resep sop ayam bisa dilihat di sini)

Bahan:
300 gr daging yang sudah dipotong dadu kecil
2 siung bawang putih, geprek
2 batang wortel, iris
3 buah kentang, kupas dan potong-potong
½ buah tomat, dipotong empat
1 batang daun bawang, iris tipis
1 l air
¼ sdt pala bubuk
Secukupnya garam
Secukupnya gula
Secukupnya merica

Langkah pembuatan:
  1. Panaskan air, lalu rebus daging dengan bawang putih hingga empuk. Sambil menunggu, siapkan irisan wortel dan potongan kentang.
  2. Masukkan wortel dan kentang, rebus hingga matang.
  3. Masukkan tomat, masak sebentar saja. Matikan api.
  4. Masukkan daun bawang, pala bubuk, garam, gula, dan merica. Aduk, angkat, dan sajikan.

Penutup

Saya yakin resep-resep di atas dapat diikuti oleh yang minim pengalaman masak sekali pun (tunjuk diri sendiri). Prinsip saya, kalau bisa masak yang mudah, mengapa mesti pilih yang rumit?

Namun, menambah jam terbang juga penting. Makin tinggi jam terbang, makin ahli juga kita dalam urusan menakar garam, gula, dan merica agar rasa masakan seimbang dan pas di lidah. Sesungguhnya yang membuat sulit suatu resep adalah kata "secukupnya" 😁.

Semoga tiga resep sederhana ini dapat menambah koleksimu untuk puasa Ramadan nanti. Kamu punya resep andalan juga? Tidak perlu sungkan untuk berbagi di kolom komentar, ya!

Resep Mudah untuk Hidangan Ramadan

Thursday, March 10, 2022

Wednesday, March 2, 2022

Tips Mencuci Piring agar Dapur Tetap Rapi

Mencuci piring adalah salah satu pekerjaan rumah tangga yang tidak disukai sebagian ibu rumah tangga. Alasannya, kita harus berdiri cukup lama dan bersentuhan lekat dengan air dan sabun—bagi yang kulit tangannya sensitif, ini adalah isu penting. Namun, meminta bantuan mesin pencuci piring bukan hal yang lazim di tanah air. Jadi, apa boleh buat? Daripada kehabisan piring saat mau makan, pekerjaan mencuci piring tetap harus dikerjakan.

Nah, kadang setelah mencuci piring, terbitlah perkara lain: cipratan dan genangan air di mana-mana kayak habis perang melawan piring kotor dan pasukannya. Sebenarnya ini bisa dihindari kalau kita mencuci piring dengan rapi. Kalaupun ada cipratan, tidak akan seheboh jejak anak main air.

Mau tahu tips mencuci piring agar lebih cepat dan minim cipratan air? Langsung gulir ke bawah, ya!

Oh iya, kalau punya ART, ajarkan juga supaya mereka makin terampil dalam membantu mengurus rumah. Kita tidak perlu lagi berperan jadi petugas Q&C setiap mereka selesai bertugas. Enak, kan?


Sebelum mencuci piring

Sesungguhnya kesuksesan mencuci piring dimulai sebelum masuk ke dalam aktivitas inti. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.

1. Buang semua sisa makanan ke tempat sampah dan alirkan air untuk melepaskan yang masih menempel.

Jangan tumpuk piring, gelas, dan perabot lain bersama dengan sisa makanan! Ini hanya akan membuat saluran air pampat saat mencuci piring. Lagipula jika kita tidak langsung mencuci piring, sisa makanan akan menimbulkan bau tak sedap di bak cuci piring.

2. Lap wadah berbahan plastik dan wajan antilengket dengan tisu untuk membuang sisa minyak yang menempel.

Pernah mencuci wadah plastik yang berminyak? Rasanya sudah berjuang menggosok dengan kekuatan otot maksimal, tetap saja licin. Mau disudahi, kok, tidak sampai hati. Alhasil, waktu mencuci piring pun jadi molor.

Untuk mengatasinya, sebelum terkena air, sisa minyak harus sebisa mungkin dibersihkan dengan cara dilap. Ini akan mempercepat dan mempermudah proses pencucian. Hal yang sama berlaku untuk wajan antilengket, terutama jika wajan bekas dipakai masak yang berbumbu atau bersantan. Spons cuci piring juga tidak akan terlalu kotor.

3. Kelompokkan sesuai jenisnya.

Bila tidak langsung mencuci piring setelah makan atau masak, supaya bak cuci piring tidak cepat penuh, tumpuk piring dan yang lain sesuai jenisnya. Ini juga akan memudahkan kita saat mencuci nanti.

4. Rendam dengan air jika perlu.

Kadang ada kotoran yang menempel peralatan makan dan masak telanjur menempel dan sulit dibersihkan. Merendam dengan air akan membuat sebagian kotoran lepas dan mudah untuk digosok.


Saat mencuci piring

Sekarang kita masuk ke bagian inti: mencuci piring dan teman-temannya. 

1. Sabuni mulai dari gelas, lalu sendok garpu, piring, dan terakhir perabot masak.

Kita bisa menyabuni sekaligus atau sebagian dulu, tergantung dari ruang kosong yang tersisa di bak dan sekitarnya untuk menaruh cucian berlumur sabun.

2. Bilas piring dengan arah miring ke bawah sambil digosok untuk merasakan kotoran yang masih tertinggal.

Sebelum menggosok permukaan piring, gelas, dan lainnya, biasanya saya melarutkan dulu semua sabun dengan air agar cipratan air tidak lagi mengandung sabun. Kemiringan sudut piring terhadap aliran air berpengaruh pada jarak cipratan air saat kita menggosok permukaan piring. Jika terlalu datar, kemungkinan air terciprat jauh akan makin besar.

Oh iya, menggosok ini penting, ya. Siapa tahu masih ada titik yang luput disabuni atau kotoran yang masih kuat menempel. Jangan lupa untuk membersihkan bagian bawah piring, luar gelas, dan gagang sendok garpu. Walau tidak terkena makanan, bagian-bagian ini rawan ikut kotor, apalagi kalau sempat ditumpuk sebelum dicuci.

3. Gunakan tenaga secukupnya.

Kurang tenaga berakibat pada kurang bersihnya piring, sedangkan kelebihan tenaga akan berujung pada luasnya area cipratan dan genangan air. Jadi, takar tenaga saat membilas, ya!

4. Tiriskan tetesan air sejenak sebelum menaruh di rak piring.

Supaya tidak banyak genangan air di bawah rak piring, kita bisa meniriskan piring sebentar sebelum ditaruh, kecuali rak piring kita berada tepat di atas bak cuci piring. Itu, sih, tidak perlu khawatir soal genangan air.

5. Sikat dengan sikat cuci piring untuk melepaskan kotoran yang menempel di dinding panci sebelum disabuni dengan spons.

Kadang spons cuci piring saja tidak cukup untuk melepaskan kotoran yang menempel, terlebih telanjur kering. Kita dapat menggunakan sikat khusus cuci piring untuk melepaskan kotoran, baru menyabuninya dengan spons. Jika benar-benar menempel, khusus untuk perabot berbahan baja antikarat, kita juga bisa menggunakan sabut kawat. Jangan sampai salah menggunakan sabut untuk wajan antilengket, ya. Nanti berabe jadinya.


Setelah mencuci piring

Setelah semua peralatan makan dan masak bersih, kita masih harus melakukan dua hal agar area cuci piring tetap rapi.

1. Bersihkan bak cuci piring.

Sebagai tempat penampungan peralatan makan yang kotor, bak cuci piring pasti ikut kotor. Karena itu, permukaan bak cuci piring harus turut dibersihkan dengan sabun. Sisa makanan yang tersangkut di filter saluran air juga dibuang, ya.

2. Lap cipratan dan genangan air yang ada.

Terakhir, keringkan kembali area cuci piring, termasuk dinding dan lantai (jika basah). Ini seperti final remarks, lah, kalau dalam tulisan ilmiah.


Penutup

Jangan dikira pekerjaan rumah tangga tidak ada ilmunya. Oh, pasti yang bilang begitu belum pernah mencuci piring, menyapu, mencuci baju, dan sederet pekerjaan lainnya. Tentu pelajarannya tidak ada di sekolah biasa, tetapi di sekolah kehidupan (#tsaah). Kunci suksesnya: “trial and error” dan “practice makes progress”.

Seperti pekerjaan mencuci piring ini, ternyata kalau dibuat daftar tipsnya, banyak juga, kan? Kalau bukan karena Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog, mungkin tips receh (tapi penting) ini tidak akan terwujud. Jadi, terima kasih Mamah Gajah Ngeblog!

Untuk berikutnya ada saran, tips rumah tangga apa lagi yang kira-kira bagus untuk ditulis?

Tips Mencuci Piring agar Dapur Tetap Rapi

Wednesday, March 2, 2022

Monday, October 11, 2021

Sop Ayam Favorit

Saya pernah menulis panjang lebar (tentu berbau curcol) tentang peran sebagai koki rumahan setelah merantau ke Belanda. Di rumah, saya memiliki empat pelanggan tetap. Yang satu seringkali tidak saya hitung suaranya karena baginya sehambar apa pun hasil masakan sayauntungnya level asinnya lebih rendah daripada sayatetap ia santap. Tiga pelanggan lain inilah penentu keberhasilan masakan saya. 

Dari tiga, dua pelanggan relatif mudah menyesuaikan sehingga tersisa satu pelanggan yang sesungguhnya mendominasi suara. Meski mau mencoba yang terhidang di meja makan, tak jarang ia enggan, bahkan menolak. Karena itu, saya cenderung mengikuti permintaan dan kesukaannya. Alasannya tentu agar ia mau menghabiskan porsi makanannya. Untungnya di usia menjelang enam tahun ini, ia sudah bisa meminta dengan jelas menu yang ia inginkan, tidak jauh dari makanan berkuah. Memang kuah itu sahabat anak-anak, ya. 

Ada tiga yang menjadi favoritnya akhir-akhir ini, yaitu mi rebus, sup ayam, dan cream soup. Ketiganya teramat mudah dibuat. Sepertinya ia tahu mamanya gampang lelah jika memasak resep yang rumit atau berbumbu banyak. He-he-he. 

Untuk resep mi rebus, sepertinya tidak perlu saya tulis di sini karena bumbu yang saya gunakan adalah bumbu mi instan (saya tidak antivetsin, gunakan secukupnya saja), kaldu sayuran blok (yang ini tanpa vetsin), atau kalaupun meracik sendiri, komposisinya hanya bawang merah, bawang putih, dan kemiri yang dihaluskan. 

Membuat sup ayam juga sama mudahnya, sampai-sampai saya malu untuk menuliskannya menjadi sebuah resep. Walaupun begitu, sup ayam tersebut selalu sukses meningkatkan selera makan tiga pelanggan kecil di rumah. Selain menyegarkan kerongkongan, kuahnya yang hangat juga membuat perut nyaman. Tak heran sup ayam seringkali menjadi pilihan makanan bagi orang yang sedang sakit. 


Kurang lebih begini penampakan sup ayam ala saya. (Sumber: masakanmama.com)

Sup ayam ala saya termasuk one-meal-pot karena sumber karbohidrat, protein, serat, dan vitamin semuanya dimasak dalam satu panci—meski begitu, kami tetap memakannya dengan nasi. Sungguh praktis dan efisien. Kita juga bisa mengganti atau menambahkan bahan lain sesuai selera. Biasanya saya menggunakan kentang dan wortel saja, kadang ditambah sosis.

Saat merebus ayam, saya selalu melebihkan airnya. Sebagian disimpan untuk membuat menu lain yang menjadi kegemaran nomor tiga, yakni cream soup. Isinya sesuai selera (dan isi kulkas) masing-masing, misalnya daging ayam, sosis, wortel, jagung, dll. Kuahnya yang kental membuatnya enak untuk dicolek dengan roti, tetapi tidak salah jika memadukannya dengan nasi. Sama-sama enak, kok. 

Berikut adalah resep sup ayam favorit para krucil. Resep cream soup akan saya tulis di pos lain saja. Sebelumnya, saya merasa perlu memberikan peringatan bahwa resep ini banyak menggunakan faktor F, Feeling. Jika kamu mencoba dan belum pas, jangan menyerah dan coba lagi, ya.


Sup ayam

Bahan:

1 kg ayam bertulang, cuci bersih
3 siung bawang putih, kupas dan memarkan
2 ruas jahe, kupas dan memarkan
1 batang wortel, potong sesuai selera
3 buah kentang, kupas, potong sesuai selera
1 batang daun bawang, iris
½ buah tomat, potong menjadi empat
Secukupnya air
Secukupnya garam
Secukupnya gula
Secukupnya merica

Cara membuat: 

  1. Rebus ayam bersama bawang putih dan jahe, beri garam. Tunggu hingga matang. 
  2. Sisihkan sebagian kaldu untuk membuat cream soup. Buang jahe dan bawang putih.
  3. Didihkan kembali sisa air kaldu,, tambahkan air jika perlu. Masukkan kentang dan wortel.
  4. Jika sudah empuk, matikan api. Masukkan daun bawang dan tomat. 
  5. Tambahkan garam, gula, dan merica sesuai selera. 


Kurang gampang apa lagi, kan? Saking gampangnya, kamu bisa tinggal sesekali untuk membangun peradaban. Selamat mencoba, ya!

Sop Ayam Favorit

Monday, October 11, 2021

Tuesday, August 24, 2021

Bingung Memilih Alat Masak yang Tepat? Ketahui Dulu Materialnya!


Sebagai emak-emak, urusan masak-memasak tentu dekat dengan keseharian saya. Walau kemampuan memasak saya masih begini-begini saja, saya tetap ingin mempersembahkan hasil yang paripurna, dong. Pastinya supaya disetujui oleh stakeholder terpenting di rumah, yaitu anak-anak--bapaknya sih tipe semua enak, semua dimakan, alhamdulillah. Karena itu, penting bagi saya untuk mengenal seluk beluk alat perang yang saya gunakan dalam pertempuran di dapur melawan panasnya kompor, uap air, dan cipratan minyak. Apa lagi kalau bukan wajan dan panci. 


Dulu saya cuma mengenal panci dan wajan stainless steel, panci aluminium, dan wajan Teflon. Belakangan muncul jenis-jenis yang lain. Ada panci enamel, panci, wajan keramik, wajan granit dan marble, panci kaca, dan lain-lain. Bedanya apaaa? Harganya yang fantastis--sampai jutaan rupiah--tak ayal membuat saya merasa tersesat di dunia perdapuran. Mau masak aja kok, ribet. Harus riset dulu. Wkwk ….


Nah, makanya begitu ada iklan IG live berjudul "Pilah Pilih Cookware” oleh @mamahgajahmemasak, saya langsung tertarik untuk menyimak penjelasan yang akan diberikan. Narasumbernya adalah seorang alumni Teknik Material ITB yang kemudian melanjutkan studi magisternya di Inggris (ini info tambahan dari saya sih, karena dulu pernah berinteraksi dengan beliau dalam urusan jastip, hehe ...). Dengan latar belakang keilmuan yang mumpuni, materi yang dibagikan pasti bakal oke punya. 


Material alat masak

Pemaparan oleh Teh Widyastuti, sang narasumber, bermula dari yang paling dasar, yakni material penyusun alat masak. Ada empat material yang biasa digunakan: 

  1. logam, 

  2. keramik, 

  3. polimer, dan 

  4. komposit (gabungan dua jenis material untuk mendapatkan keunggulan dari masing-masing material penyusun).


Sebelum melangkah lebih jauh, ada poin penting yang ditekankan oleh Teh Widya. Pertama, semua material saling melengkapi. Tidak ada yang paling superior. Sesuaikan pemilihan kita dengan keperluan (tujuan yang ingin dicapai) dan budget. Duh, ini harus digarisbawahi, nih. Terkadang--atau sering--kita termakan oleh klaim yang mengunggulkan satu material, sampai-sampai menganggap rendah material lain. Kedua, harga material bagus memang lebih mahal, tetapi produk mahal belum tentu dibuat dari material yang bagus. Dengan kata lain, jangan mudah tergiur oleh merek!


Sekarang kita bahas satu-satu, ya. 


Logam 

Logam yang biasa dipakai sebagai bahan pembuat alat masak adalah aluminium, stainless steel/baja antikarat, dan yang sedang hit, cast iron. Ada pendapat bahwa penggunaan logam untuk memasak kurang baik karena bersifat reaktif terhadap asam dan garam. Teh Widya menganggap hal tersebut tidak perlu dirisaukan karena kuantitas asam dan garam yang kita pakai untuk memasak, kan, tidak banyak. Kita tidak menggunakan satu liter air lemon, misalnya. So, no worries about using metal.


Untuk setiap jenis logam, ada pro kontranya. Saya coba rangkum di bawah ini, ya.

Jenis logam

Pro 

Kontra 

Aluminium 

Ringan 

Mudah panas

Mudah penyok

Buram 

Baja antikarat

Tahan lama, tidak mudah rusak

Jika kotor, tinggal diamplas

Agak lengket

Cast iron

Tahan di suhu tinggi

Berat 

Perawatan sulit 

Mudah berkarat, tetapi bisa diamplas

Untuk panci baja antikarat, ternyata kualitasnya tergantung dari perbandingan campuran krom dan nikel serta ketebalan plat--karenanya ada istilah “grade”. Makin tinggi persentase nikel dan makin tebal plat, makin baik kualitas panci. Panci pun lebih tahan lama. Maka dari itu, ungkapan “ada harga, ada rupa” berlaku untuk kasus ini, ya. Pesan tersirat: jangan pelit-pelit amat, lah! Wkwk ….

Nah, Teh Widya memberikan tips untuk mengecek kualitas panci kita. Caranya, dekatkan magnet ke panci baja antikarat. Kekuatan menempelnya magnet mengisyaratkan kualitas panci. Jika tidak menempel sama sekali, artinya panci kita termasuk yang berkualitas baik. Jika masih menempel, ya tidak apa-apa. Masih bisa digunakan, kok. Kan, masih berfungsi dengan baik. 

Tips berikutnya adalah untuk mengecek apakah panci kita sudah ter-seasoned dengan baik atau belum. Pertama, panaskan panci. Setelah itu, cipratkan air. Bila bentuk bulir air terjaga dengan baik, berarti panci kita sudah oke. Sebaliknya, jika tersebar, kita masih perlu untuk men-season panci kita dengan minyak. 


Soal seasoning, silakan cari sendiri, ya. Saya pun belum terlalu paham. Hehe …. 


Keramik (ceramic coating)

Alat masak berlapis keramik tidak mengandung polimer sehingga bisa dimasukkan ke dalam oven. Sayangnya seiring dengan banyaknya penggunaan, sifat antilengketnya akan makin berkurang karena berpori. Hal ini terjadi kurang lebih setelah satu tahun pemakaian.


Yang menarik, di madeincookware.com disebutkan bahwa ceramic coating adalah lapisan berbahan dasar silikon berukuran nano (sol-gel). Lapisan ini antilengket dan mengilat layaknya keramik sehingga dinamakan demikian. Sol-gel adalah minyak silikon yang diresapkan ke dalam pelapis material logam dan akan lepas saat digunakan. Setiap kali memasak, lepasnya minyak silikon akan menciptakan permukaan antilengket sehingga dapat mengurangi penggunaan oil spray, mentega, atau minyak. Namun, jika lapisan silikon ini terdegradasi akibat pemakaian, sifat antilengketnya juga ikut hilang. Persis seperti yang disampaikan oleh Teh Widya.

Granite dan marble coating

Keduanya adalah pelapis yang terbuat dari campuran keramik dan polimer. Karena mengandung polimer, perlakuan untuk alat masak ini sama dengan panci atau wajan antilengket berlapis polimer. Penjelasan lebih lengkap tentang perlakuan yang benar akan dibahas setelah ini, ya. Maka itu, baca terus hingga selesai. Sip!


Oh iya, sebagaimana sudah kita bahas di atas tentang kualitas panci baja antikarat yang ditentukan oleh persentase nikel, kualitas granite dan marble coating tergantung dari persentase keramik. Makin banyak keramik di dalam campuran, lapisannya akan makin keras dan kasar. 


Polimer 

Kalau menyebut wajan antilengket, merek apa yang langsung muncul pikiran pertama kali? Ya, Teflon! Teflon adalah merek untuk bahan kimia sintetis politetrafluoroetilen (PTFE). Material ini populer karena ketahanan yang baik di suhu tinggi, mudah dibentuk, dan tidak mahal. Sayangnya, merek Teflon mulai meredup karena maraknya artikel yang mengatakan bahwa material ini berbahaya dan bisa menyebabkan kanker. 


Padahal, bukan begitu kenyataanya. Pada dasarnya polimer PTFE stabil dan aman untuk memasak. Hanya saja ketahanannya tidak setinggi logam dan keramik. Menurut sebuah artikel di healthline.com berjudul “Is Nonstick Cookware Like Teflon Safe to Use?”, lapisan Teflon aman jika kita memasak di bawah 300°C. Lebih dari itu lapisan akan terurai dan melepaskan senyawa beracun ke udara. Oleh karenanya, gunakan alat masak Teflon untuk masakan dengan suhu rendah hingga sedang. Do not overheat! Yang berikutnya, jangan pakai sutil keras--gunakan sutil kayu, silikon, atau plastik--dan jangan masak yang keras, misalnya tulang atau duri ikan, untuk mencegah rusaknya lapisan Teflon. 


Sebagai tambahan informasi, saya mengambil beberapa poin penting lain dari artikel yang sama di healthline.com. Apa saja?

  1. Jangan memanaskan wajan yang kosong. wajan kosong akan panas dalam beberapa menit saja sehingga berpotensi melepaskan uap polimer ke udara. Pastikan ada minyak atau makanan di atas wajan sebelum menyalakan api. 

  2. Jaga ventilasi udara di dapur, bisa dengan menyalakan exhaust fan atau membuka jendela agar uap hilang.

  3. Cuci dengan hati-hati. Gunakan spons yang lembut, sabun, dan air hangat. Hindari penggunaan sabut baja atau sabut gosok yang bisa menggores lapisan Teflon.

  4. Ganti alat masak lama yang sudah rusak. Jika kita sudah menemukan banyak goresan, lapisan terkelupas, pecah/sumbing di alat masak Teflon kita, jangan ragu untuk membuangnya. Ada alasan untuk membeli yang baru, deh #eh.


Selain empat material di atas, ada juga material lain yang belum disebutkan di awal: kaca dan enamel coating.


Kaca 

Alat masak berbahan kaca tidak konduktif sehingga membutuhkan waktu lama untuk mulai panas. Namun, begitu panas, dia bisa menahan panas dengan lama. Material kaca aman, inertia (tidak bereaksi), dan kuat. Kekurangannya, kita harus ekstra hati-hati karena mudah pecah--tentu saja.


Enamel coating

Enamel adalah glasir cat yang digunakan untuk melapisi cast iron (paling umum), baja, atau keramik. Glasir cat kemudian dibakar pada suhu tinggi untuk memperkeras lapisan. Karena itu, alat masak berlapis enamel sangat tahan suhu tinggi. Kelemahannya, kalau jatuh, lapisan enamel akan pecah. Walau tidak mengurangi fungsi--asal gompalnya tidak berada di bagian dalam--, tentu akan mengurangi estetika, ya. Hehe …. Kalaupun ternyata gompal ada di bagian dalam, menurut Teh Widya, masakan kita akan berbau besi sedikit karena logam sudah tidak lagi terlindungi. 


Penutup

Setiap material memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, gunakan sesuai keperluannya, misal wajan antilengket untuk memasak tumisan dan telur goreng, panci aluminium untuk mi rebus, panci enamel untuk sop, dan panci baja antikarat untuk air bersih. Saya? Berhubung cuma punya panci baja antikarat dan wajan antilengket, saya pakai itu untuk semua keperluan. Bahkan untuk masakan berkuah yang butuh tumisan bumbu, saya langsung menuangkan minyak di panci baja antikarat demi menghemat cucian perabot--dari semua rangkaian memasak, bagian cuci-mencuci adalah yang paling saya benci. Dishwasher, mana dishwasher.


Jangan lupa perhatikan budget juga. Tidak perlu membeli merek sultan jika tujuan sudah tercapai menggunakan alat masak merek rakyat. Eh, kalau ada uang lebih, sih, silakan saja. Sultan mah bebaas.


Perhatikan juga cara penggunaan dan perawatan setiap material agar berfungsi optimal dan berumur lama. Jangan-jangan panci dan wajan kita cepat rusak karena kecerobohan kita, bukan karena materialnya yang tidak bagus. Percuma membeli alat masak mahal jika umurnya singkat saja, 'kan? 


Semoga artikel ini bisa menjawab segala kegalauan yang pernah ada, ya. Selamat memilih alat tempur masak dengan pertimbangan yang baik dan bijaksana.  


Salam sutil!



Bingung Memilih Alat Masak yang Tepat? Ketahui Dulu Materialnya!

Tuesday, August 24, 2021