Bingung Memilih Alat Masak yang Tepat? Ketahui Dulu Materialnya!


Sebagai emak-emak, urusan masak-memasak tentu dekat dengan keseharian saya. Walau kemampuan memasak saya masih begini-begini saja, saya tetap ingin mempersembahkan hasil yang paripurna, dong. Pastinya supaya disetujui oleh stakeholder terpenting di rumah, yaitu anak-anak--bapaknya sih tipe semua enak, semua dimakan, alhamdulillah. Karena itu, penting bagi saya untuk mengenal seluk beluk alat perang yang saya gunakan dalam pertempuran di dapur melawan panasnya kompor, uap air, dan cipratan minyak. Apa lagi kalau bukan wajan dan panci. 


Dulu saya cuma mengenal panci dan wajan stainless steel, panci aluminium, dan wajan Teflon. Belakangan muncul jenis-jenis yang lain. Ada panci enamel, panci, wajan keramik, wajan granit dan marble, panci kaca, dan lain-lain. Bedanya apaaa? Harganya yang fantastis--sampai jutaan rupiah--tak ayal membuat saya merasa tersesat di dunia perdapuran. Mau masak aja kok, ribet. Harus riset dulu. Wkwk ….


Nah, makanya begitu ada iklan IG live berjudul "Pilah Pilih Cookware” oleh @mamahgajahmemasak, saya langsung tertarik untuk menyimak penjelasan yang akan diberikan. Narasumbernya adalah seorang alumni Teknik Material ITB yang kemudian melanjutkan studi magisternya di Inggris (ini info tambahan dari saya sih, karena dulu pernah berinteraksi dengan beliau dalam urusan jastip, hehe ...). Dengan latar belakang keilmuan yang mumpuni, materi yang dibagikan pasti bakal oke punya. 


Material alat masak

Pemaparan oleh Teh Widyastuti, sang narasumber, bermula dari yang paling dasar, yakni material penyusun alat masak. Ada empat material yang biasa digunakan: 

  1. logam, 

  2. keramik, 

  3. polimer, dan 

  4. komposit (gabungan dua jenis material untuk mendapatkan keunggulan dari masing-masing material penyusun).


Sebelum melangkah lebih jauh, ada poin penting yang ditekankan oleh Teh Widya. Pertama, semua material saling melengkapi. Tidak ada yang paling superior. Sesuaikan pemilihan kita dengan keperluan (tujuan yang ingin dicapai) dan budget. Duh, ini harus digarisbawahi, nih. Terkadang--atau sering--kita termakan oleh klaim yang mengunggulkan satu material, sampai-sampai menganggap rendah material lain. Kedua, harga material bagus memang lebih mahal, tetapi produk mahal belum tentu dibuat dari material yang bagus. Dengan kata lain, jangan mudah tergiur oleh merek!


Sekarang kita bahas satu-satu, ya. 


Logam 

Logam yang biasa dipakai sebagai bahan pembuat alat masak adalah aluminium, stainless steel/baja antikarat, dan yang sedang hit, cast iron. Ada pendapat bahwa penggunaan logam untuk memasak kurang baik karena bersifat reaktif terhadap asam dan garam. Teh Widya menganggap hal tersebut tidak perlu dirisaukan karena kuantitas asam dan garam yang kita pakai untuk memasak, kan, tidak banyak. Kita tidak menggunakan satu liter air lemon, misalnya. So, no worries about using metal.


Untuk setiap jenis logam, ada pro kontranya. Saya coba rangkum di bawah ini, ya.

Jenis logam

Pro 

Kontra 

Aluminium 

Ringan 

Mudah panas

Mudah penyok

Buram 

Baja antikarat

Tahan lama, tidak mudah rusak

Jika kotor, tinggal diamplas

Agak lengket

Cast iron

Tahan di suhu tinggi

Berat 

Perawatan sulit 

Mudah berkarat, tetapi bisa diamplas

Untuk panci baja antikarat, ternyata kualitasnya tergantung dari perbandingan campuran krom dan nikel serta ketebalan plat--karenanya ada istilah “grade”. Makin tinggi persentase nikel dan makin tebal plat, makin baik kualitas panci. Panci pun lebih tahan lama. Maka dari itu, ungkapan “ada harga, ada rupa” berlaku untuk kasus ini, ya. Pesan tersirat: jangan pelit-pelit amat, lah! Wkwk ….

Nah, Teh Widya memberikan tips untuk mengecek kualitas panci kita. Caranya, dekatkan magnet ke panci baja antikarat. Kekuatan menempelnya magnet mengisyaratkan kualitas panci. Jika tidak menempel sama sekali, artinya panci kita termasuk yang berkualitas baik. Jika masih menempel, ya tidak apa-apa. Masih bisa digunakan, kok. Kan, masih berfungsi dengan baik. 

Tips berikutnya adalah untuk mengecek apakah panci kita sudah ter-seasoned dengan baik atau belum. Pertama, panaskan panci. Setelah itu, cipratkan air. Bila bentuk bulir air terjaga dengan baik, berarti panci kita sudah oke. Sebaliknya, jika tersebar, kita masih perlu untuk men-season panci kita dengan minyak. 


Soal seasoning, silakan cari sendiri, ya. Saya pun belum terlalu paham. Hehe …. 


Keramik (ceramic coating)

Alat masak berlapis keramik tidak mengandung polimer sehingga bisa dimasukkan ke dalam oven. Sayangnya seiring dengan banyaknya penggunaan, sifat antilengketnya akan makin berkurang karena berpori. Hal ini terjadi kurang lebih setelah satu tahun pemakaian.


Yang menarik, di madeincookware.com disebutkan bahwa ceramic coating adalah lapisan berbahan dasar silikon berukuran nano (sol-gel). Lapisan ini antilengket dan mengilat layaknya keramik sehingga dinamakan demikian. Sol-gel adalah minyak silikon yang diresapkan ke dalam pelapis material logam dan akan lepas saat digunakan. Setiap kali memasak, lepasnya minyak silikon akan menciptakan permukaan antilengket sehingga dapat mengurangi penggunaan oil spray, mentega, atau minyak. Namun, jika lapisan silikon ini terdegradasi akibat pemakaian, sifat antilengketnya juga ikut hilang. Persis seperti yang disampaikan oleh Teh Widya.

Granite dan marble coating

Keduanya adalah pelapis yang terbuat dari campuran keramik dan polimer. Karena mengandung polimer, perlakuan untuk alat masak ini sama dengan panci atau wajan antilengket berlapis polimer. Penjelasan lebih lengkap tentang perlakuan yang benar akan dibahas setelah ini, ya. Maka itu, baca terus hingga selesai. Sip!


Oh iya, sebagaimana sudah kita bahas di atas tentang kualitas panci baja antikarat yang ditentukan oleh persentase nikel, kualitas granite dan marble coating tergantung dari persentase keramik. Makin banyak keramik di dalam campuran, lapisannya akan makin keras dan kasar. 


Polimer 

Kalau menyebut wajan antilengket, merek apa yang langsung muncul pikiran pertama kali? Ya, Teflon! Teflon adalah merek untuk bahan kimia sintetis politetrafluoroetilen (PTFE). Material ini populer karena ketahanan yang baik di suhu tinggi, mudah dibentuk, dan tidak mahal. Sayangnya, merek Teflon mulai meredup karena maraknya artikel yang mengatakan bahwa material ini berbahaya dan bisa menyebabkan kanker. 


Padahal, bukan begitu kenyataanya. Pada dasarnya polimer PTFE stabil dan aman untuk memasak. Hanya saja ketahanannya tidak setinggi logam dan keramik. Menurut sebuah artikel di healthline.com berjudul “Is Nonstick Cookware Like Teflon Safe to Use?”, lapisan Teflon aman jika kita memasak di bawah 300°C. Lebih dari itu lapisan akan terurai dan melepaskan senyawa beracun ke udara. Oleh karenanya, gunakan alat masak Teflon untuk masakan dengan suhu rendah hingga sedang. Do not overheat! Yang berikutnya, jangan pakai sutil keras--gunakan sutil kayu, silikon, atau plastik--dan jangan masak yang keras, misalnya tulang atau duri ikan, untuk mencegah rusaknya lapisan Teflon. 


Sebagai tambahan informasi, saya mengambil beberapa poin penting lain dari artikel yang sama di healthline.com. Apa saja?

  1. Jangan memanaskan wajan yang kosong. wajan kosong akan panas dalam beberapa menit saja sehingga berpotensi melepaskan uap polimer ke udara. Pastikan ada minyak atau makanan di atas wajan sebelum menyalakan api. 

  2. Jaga ventilasi udara di dapur, bisa dengan menyalakan exhaust fan atau membuka jendela agar uap hilang.

  3. Cuci dengan hati-hati. Gunakan spons yang lembut, sabun, dan air hangat. Hindari penggunaan sabut baja atau sabut gosok yang bisa menggores lapisan Teflon.

  4. Ganti alat masak lama yang sudah rusak. Jika kita sudah menemukan banyak goresan, lapisan terkelupas, pecah/sumbing di alat masak Teflon kita, jangan ragu untuk membuangnya. Ada alasan untuk membeli yang baru, deh #eh.


Selain empat material di atas, ada juga material lain yang belum disebutkan di awal: kaca dan enamel coating.


Kaca 

Alat masak berbahan kaca tidak konduktif sehingga membutuhkan waktu lama untuk mulai panas. Namun, begitu panas, dia bisa menahan panas dengan lama. Material kaca aman, inertia (tidak bereaksi), dan kuat. Kekurangannya, kita harus ekstra hati-hati karena mudah pecah--tentu saja.


Enamel coating

Enamel adalah glasir cat yang digunakan untuk melapisi cast iron (paling umum), baja, atau keramik. Glasir cat kemudian dibakar pada suhu tinggi untuk memperkeras lapisan. Karena itu, alat masak berlapis enamel sangat tahan suhu tinggi. Kelemahannya, kalau jatuh, lapisan enamel akan pecah. Walau tidak mengurangi fungsi--asal gompalnya tidak berada di bagian dalam--, tentu akan mengurangi estetika, ya. Hehe …. Kalaupun ternyata gompal ada di bagian dalam, menurut Teh Widya, masakan kita akan berbau besi sedikit karena logam sudah tidak lagi terlindungi. 


Penutup

Setiap material memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, gunakan sesuai keperluannya, misal wajan antilengket untuk memasak tumisan dan telur goreng, panci aluminium untuk mi rebus, panci enamel untuk sop, dan panci baja antikarat untuk air bersih. Saya? Berhubung cuma punya panci baja antikarat dan wajan antilengket, saya pakai itu untuk semua keperluan. Bahkan untuk masakan berkuah yang butuh tumisan bumbu, saya langsung menuangkan minyak di panci baja antikarat demi menghemat cucian perabot--dari semua rangkaian memasak, bagian cuci-mencuci adalah yang paling saya benci. Dishwasher, mana dishwasher.


Jangan lupa perhatikan budget juga. Tidak perlu membeli merek sultan jika tujuan sudah tercapai menggunakan alat masak merek rakyat. Eh, kalau ada uang lebih, sih, silakan saja. Sultan mah bebaas.


Perhatikan juga cara penggunaan dan perawatan setiap material agar berfungsi optimal dan berumur lama. Jangan-jangan panci dan wajan kita cepat rusak karena kecerobohan kita, bukan karena materialnya yang tidak bagus. Percuma membeli alat masak mahal jika umurnya singkat saja, 'kan? 


Semoga artikel ini bisa menjawab segala kegalauan yang pernah ada, ya. Selamat memilih alat tempur masak dengan pertimbangan yang baik dan bijaksana.  


Salam sutil!



Post a Comment

0 Comments