Pelajaran bernama pernikahan


Kemarin seorang teman menulis di status Facebook-nya tentang International Day of Happiness dengan menyebut rencana pernikahan Dude Herlino dan Alyssa Soebandono yang sukses membuat temannya patah hati. Saya yang tadinya hanya baca sekilas, lantas membaca lekat-lekat. Hoo.. Dude sama Alyssa? Baru tahu.. Saya pun langsung googling demi berita yang lebih lengkap *KEPOmode. Satu berita berlanjut ke berita lain. Nuri Maulida, Ayu Tingting, dan Oki Setiana Dewi. Semuanya terkait pernikahan namun kontras. Nuri Maulida batal menikah meski sudah dilamar, Ayu Tingting yang menggugat cerai, dan Oki Setiana yang pulang bulan madu. Ini kenapa jadi ngomongin artis sih? Hahaha..  

Saya ga akan bahas satu-satu karena tetap saja akan kalah dari acara-acara infotainment itu. Saya cuma ambil hikmahnya bahwa pernikahan adalah bagian dari takdir Allah swt yang harus kita usahakan dan tempuh dengan niat yang benar karena-Nya dan cara yang sesuai dengan petunjuk Rasul-Nya. Jika selama proses menuju pernikahan ada yang ga sesuai, mungkin akan ada efeknya setelah menikah kelak. Mungkin loh ya soalnya ga ada survei yang mendukung. Data rules! But experience tells.

Karena menikah adalah ibadah kepada Allah swt, niat menjadi sangat penting. Menikah karena ingin melaksanakan perintah Allah swt dan ingin mengikuti contoh yang diberikan Rasululullah saw sekaligus menjadi bagian dari umatnya. Niat inilah yang membuat seseorang tetap mengembalikan semua yang terjadi sepanjang proses menuju pernikahan kepada Allah swt. Salut buat NuriPasrah dan berpikiran positif terus. Kalaupun ga jadi menikah, akan lebih mudah untuk menyembuhkan luka hati, kesedihan, dan kekecewaan yang mendera hingga akhirnya mampu bangkit dan membuka hati lagi. Tsaah *pake kacamata item.

Setelah niat, cara adalah hal kedua yang perlu diperhatikan. Ga mungkin kan pernikahan yang berkah diawali dengan hal-hal bisa mengurangi keberkahan tersebut? Sama seperti ingin masuk sekolah tertentu tapi pakai uang pelicin alias menyogok. Keberkahan ilmu yang didapat mungkin ga akan sempurna lagi. Nah, bagi saya pacaran sebelum menikah termasuk di antaranya. Karena itu saya senang sekali saat menonton berita tentang Oki Setiana yang menikah tanpa melalui proses pacaran. Pacarannya setelah menikah. Huah ngiri. She looked sooo happy. Pancaran mata dan ekspresi wajah emang ga bisa bohong ya. 

Gimana kalau salah satu atau keduanya ada yang ga benar? Wallaahu'alam. Tapi belajar dari kasus Ayu Tingting, pernikahan yang diharapkan akan membawa kebahagiaan bisa kandas bahkan sebelum kapalnya berlayar jauh dari pelabuhan karena hal yang terlihat sepele. Pesta pernikahan. Miris. Apalagi sudah lahir anak di antara keduanya. Terlepas dari rumor soal alasan di balik pernikahan, permintaan tes DNA dari pihak laki-laki membuat saya makin miris. Saya  hanya kasihan kepada bayi yang belum genap tiga bulan itu. What the future will be for her dengan orang tua yang berpisah di awal kehidupannya dan si Ayah malah mempertanyakan statusnya sebagai anak. Ah, jadi terbawa emosi, padahal kenal juga enggak. 

Berbagai kasus perceraian artis memberi pelajaran lain bahwa kebahagiaan ga turun dari langit, ga gratisan kayak hujan (eh kecuali hujan buatan ya). Dia memang hadir di awal, tapi untuk seterusnya dia harus diusahakan or it will fade with time. Bahkan bisa jadi harus dibayar dengan air mata dan pengorbanan. Banyak yang bertahan dan mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan, namun banyak juga yang menyerah. Apa yang membedakan kekuatan keduanya? Niat, doa, dan tawakkal. Tampak mudah, tapi pelaksanaannya (pasti) sulit. Berhubung saya belum menikah yaa, I can't tell you more :p.

Mungkin sebelum menikah, mereka ga tahu kalau pernikahan itu seperti sekolah, tapi tanpa guru. Ga ada yang mengajarkan cara ampuh berkomunikasi dengan pasangan atau rumus singkat mengatasi kekesalan padanya. Ga ada yang memberi tahu cara membaca suasana hati pasangan atau cara menyenangkan hatinya. Ga ada yang bisa mengatur ego kita selain kita sendiri. All things are learning by experiencing. Belajar dari buku atau pengalaman orang lain bisa membantu, tapi semua harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing as every person is unique. Kesiapan dan kesediaan untuk belajar inilah yang membuat pernikahan karena perjodohan bisa langgeng, di saat yang diawali dengan pacaran malah bubar di tengah jalan. Seperti pasangan Indra dan Nunik Noveldy katakan, "Soulmate is made, not found". Harap dicatat dan digarisbawahi atau distabilo sekalian. 

Maka dari itu, persiapan sebelum menikah ga hanya yang sifatnya fisik, tapi juga hati dan mental. Dan itu ga bisa diukur dari umur. Umur itu pasti, tapi dewasa itu pilihan. Tsaah *kibasin kerudung berhubung ga punya poni. Apalah gunanya pesta pernikahan yang mewah kalau pernikahan itu sendiri hanya seumur jagung *lebay. Lebih baik curahkan energi untuk mempersiapkan kehidupan setelah pernikahan. Ah, hari ini saya bijak sekali haha..

Untuk Dude dan Alyssa, semoga pernikahan kalian dilimpahi keberkahan dan kebahagiaan dunia akhirat. Aamiin. 
Dan semoga saya menyusul :). Aamiin. 


Note:
Here is a good article about happiness in marriage. 
"People often get so overwhelmed by the first few years they forget that a successful marriage requires work."









Post a Comment

0 Comments