Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini: Belajar tentang Keterbukaan dalam Keluarga

 

Rasanya sudah berabad lamanya saya tidak menonton film. Sebenarnya dulu saya sangat menggemari serial drama Jepang (bukan Korea), tetapi sekarang waktu 24 jam seperti kurang saja. Tahu-tahu hari sudah malam dan badan yang lelah menuntut istirahat. Makanya waktu ulasan film bergenre keluarga atau yang bercerita tentang keluarga (genre bebas) menjadi tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog (MGN) bulan ini, saya merasa diuji untuk bisa menyisihkan waktu untuk menonton (untungnya dalam konteks menyenangkan, hehe ...). Percaya atau tidak, saya sampai membeli gift card Netflix, lo. Niat paripurna, haha ....

Di antara jutaan (lebai, tetapi bisa jadi betul) film yang ada di Netflix, sebenarnya saya bimbang antara dua judul, yang satu film Hollywood keluaran baru, satu lagi film Indonesia yang diadaptasi dari serial terkenal era 90-an. Namun, akhirnya pilihan saya berlabuh pada satu film drama keluarga Indonesia keluaran tahun 2020 berjudul "Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini" (NKCTHI). Ternyata, keputusan saya tepat!


Satu kalimat sinopsis film NKCTHI versi Netflix


Sinopsis

Film ini bercerita tentang tiga bersaudara, yakni Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara Aisha), dan Awan (Rachel Amanda) yang hidup bersama dalam keluarga yang tampak bahagia: ayah dan ibu yang perhatian dan mendukung pilihan anak-anaknya serta saudara sekandung yang rukun dan saling menyayangi. Sampai suatu hari Awan mengalami kegagalan pertama ketika dipecat dari pekerjaannya. Ia yang sedang sedih dan kecewa bertemu dengan Kale (Ardhito Pramono), seorang manajer grup band yang kemudian banyak memberikan banyak pengaruh kepada Awan. Kale membuka pikiran Awan tentang patah, bangkit, gagal, takut, kehilangan, juga membuka dunia baru yang belum pernah disinggahi Awan sebelumnya.

Perubahan perilaku Awan lantas memicu ketegangan antara Awan dan ayah Narendra (Donny Damara). Layaknya bom waktu, ketegangan itu akhirnya meledak dan malah menyebabkan perlawanan dari ketiga bersaudara, sekaligus membuka rahasia yang telah disimpan selama 21 tahun. Luka yang timbul setelahnya mengoyak keutuhan keluarga tersebut. Sosok ibu Ajeng (Susan Bachtiar) lalu hadir sebagai pelekat keluarga.

Peristiwa ini menjadi titik balik bagi Narendra untuk mengubah keyakinan dan prinsipnya selama ini sebagai kepala keluarga. Di akhir cerita, Angkasa, Aurora, dan Awan mendapatkan kepercayaan dari Narendra untuk melakukan apa yang mereka cita-citakan selama ini. 



Ulasan

Film berdurasi 2 jam 1 menit ini sukes mengaduk emosi saya sebagai penonton. Ide cerita yang tertuang dalam film ini--potret seorang ayah yang menginginkan yang terbaik untuk keluarganya--sangat dekat dengan keseharian kita. Harapan ayah ini diwujudkan dalam perhatian, perlindungan, dan fasilitas yang sayangnya seiring dengan waktu dirasakan berbeda oleh anak-anaknya. Awan si bungsu menganggap ayah terlalu melindungi dan selalu menyediakan jaring pengaman di saat dia gagal. Aurora si tengah merasa kurang berarti di mata ayahnya, bahkan saat dia berprestasi. Angkasa si sulung didoktrin sejak kecil untuk selalu menjaga dan melindungi adik-adik, tanpa pernah ditanya bagaimana perasaannya terhadap hal itu. Ibu yang sepanjang film digambarkan tidak banyak bicara justru adalah orang yang paling kuat dan menjadi penyelamat keutuhan keluarga di akhir cerita. 

"Tak pernah terbersit di hati ayah, untuk mengekang kamu, kamu, dan kamu. Ini semata-mata ayah lakukan karena ayah takut kehilangan kalian, anak-anak ayah." --Narendra kepada Angkasa, Aurora, dan Awan saat pertemuan keluarga--

Pesan yang ingin disampaikan oleh film ini sangat dalam menurut saya. Kehangatan sebuah keluarga tidak cukup hanya dibangun dengan kasih sayang dan perhatian. Segala bentuk emosi, sepahit apapun itu, sangat perlu untuk disampaikan dan dibicarakan, bukan malah dihindari atau disembunyikan. Di dalam film ini ayah berusaha membuat keluarganya bahagia dan tidak mengizinkan kesedihan hadir. Alasan inilah yang membuat ayah (dan ibu) merahasiakan kematian saudara kembar Awan saat lahir dari Aurora dan Awan (ups, jadi spoiler, deh). Walaupun Angkasa sudah mengerti saat peristiwa itu terjadi, dia tidak pernah diajak untuk berbicara dari hati ke hati soal perasaannya mengenai kehilangan tersebut. Rahasia ini di kemudian hari menguji hubungan antaranggota keluarga Narendra. Untungnya di film kita bisa membuat resolusi konflik yang positif. Bagaimana jika di dunia nyata, yang terjadi malah sebaliknya? Bisa jadi kehancuran keluarga adalah ujungnya. 

"Hidup kita masih panjang. Kita harus punya cara untuk bertahan. Nangis enggak akan ada gunanya. Mereka enggak perlu tahu tentang kesedihan ini. Cukup di kita. Ini kesedihan terakhir di keluarga kita. Ya ...?" --Narendra kepada Ajeng setelah peristiwa kehilangan salah satu bayi kembar mereka--

Yang menarik, waktu tahu film ini diangkat dari sebuah buku dengan judul yang sama karya Marchella FP, saya mengira buku ini adalah novel seperti pada umumnya. Ternyata buku "Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini"--bisa cek akun Instagram @nkcthi juga, lo--berisi kumpulan quotes yang merupakan isi surat dari Awan kepada anak cucunya di masa depan. Quotes ini tersebar di dalam dialog sepanjang cerita. Sutradara sekaligus penulis skenario Angga Dwimas Sasongko bersama Jenny Jusuf dan Melarissa Sjarief berhasil menerjemahkan dan mengembangkan ide buku menjadi cerita yang utuh. 


Salah satu isi surat dari Awan untuk anaknya di masa depan


Untuk penonton awam seperti saya, aktor dan aktris dalam film ini berperan sangat baik, bahkan untuk pemeran Angkasa, Aurora, dan Awan muda. Karakter kuat dari setiap tokoh tercermin dari gestur, mimik, dan pengucapan dialog yang sesuai dengan adegan dan emosi yang ingin ditampilkan. Tidak ada ketimpangan, semuanya seimbang dan saling berpadu manis. Tidak heran, film ini didukung oleh deretan aktor dan aktris kawakan yang kemampuan aktingnya tidak diragukan lagi. Oka Antara (Narendra muda) menjadi pemenang kategori pemeran pria pendukung terbaik dan Ardhito Pramono (Kale) memenangkan kategori pendatang baru terfavorit di Indonesian Movie Actors Awards 2020.  

Selain ide cerita, unsur yang paling saya sukai dari film produksi Visinema Pictures ini adalah sinematografinya. Sudut pengambilan gambarnya cantik dan variatif. Beberapa adegan juga ditambah dengan pencahayaan yang dramatis. Pantas jika film ini mendapatkan penghargaan Maya Awards tahun 2020 untuk kategori sinematografi terbaik. Selain itu, perpindahan adegan antara masa sekarang dan masa lalu mulus dan tidak dipaksakan menunjukkan kualitas editing yang ciamik. FYI, film ini berlatar belakang tahun 1990-an, 2000-an, dan masa sekarang (2019).

Untuk tata musik, Ardhito Pramono mendapatkan penghargaan sebagai penyanyi lagu jazz kontemporer terbaik di Indonesian Music Awards dan penulis lagu tema terbaik di Indonesian Film Festival tahun 2020 untuk lagu soundtrack "Fine Today". Di antara lagu pendukung lain adalah "Untuk Hati yang Terluka"(Isyana Sarasvati), Rehat (Kunto Aji), dan Lagu Pejalan (Sisir Tanah).

Kalaupun ada poin minus yang perlu disorot dari film ini, mungkin saya akan menyebut wajah pemeran anak-anak dan dewasa yang tidak mirip. Penting enggak ya? Hehe .


Angkasa, Aurora, dan Awan kecil (Sumber: movieden.net)

Pesan moral

Sebagai orang tua, saya banyak bercermin pada karakter dalam keluarga Narendra.
Ada beberapa pesan moral yang saya tangkap dari film ini:

  • Orang tua harus adil terhadap setiap anak. Jangan sampai ada anak yang merasa disisihkan/dikucilkan, walau orang tua tidak bermaksud demikian. 
  • Anak pertama (apalagi laki-laki) bukan yang harus memikul tanggung jawab terhadap adik-(adiknya). Dia tidak memilih terlahir sebagai anak pertama, 'kan?
  • Semua bentuk emosi harus diterima dan dihadapi, bukan dihindari, termasuk kesedihan. Akan lebih baik jika emosi tersebut bisa diungkapkan dan dibicarakan kepada orang lain. 
  • Jujur, bicara dari hati ke hati itu penting, meski kenyataan yang harus dihadapi sangat getir. 
  • Anak harus diberi kepercayaan yang sesuai dengan umur dan kapasitasnya.
  • Jangan pelit untuk memuji. Kelima tangki cinta anak-anak perlu untuk dipenuhi setiap hari. 
  • Semua keluarga punya rahasia, jika memang perlu. Namun, persiapkan diri dengan kemungkinan konsekuensinya saat terbuka (dengan sengaja atau tidak).   


Kesimpulan

Meski rating-nya hanya 7.5 di IMDb, saya memberi nilai 9/10, sebuah nilai yang saya pikir sangat pantas untuk film yang mendapatkan Golden Goblet Award di Festival Film Internasional Shanghai tahun 2020 ini. Apalagi jika ditonton bersama dengan pasangan (ini rencana saya, hehe ..., semoga bapak suami mau). Makanya, segera masukkan film "Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini" ke dalam daftar film pilihan kalian, ya! 



Sumber:

One Day We'll Talk about Today. https://en.wikipedia.org/wiki/One_Day_We%27ll_Talk_About_Today. Diakses tanggal 29 Juni 2021.










Post a Comment

10 Comments

  1. Jadi pengen ngintip filmnya. Btw, penting menurut saya kalau ada karakter versi anak kecil dan dewasa harusnya mirip dong

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mampir, Teh. Iyaa ini poin yang mengganggu sih sebenernya hehe..

      Delete
  2. Pas banget lagi milih2 film Indonesia di Netflix. Meluncuuurrr... 🤗
    Dan sepakat; penting cari aktor/aktris yang ada kemiripan untuk versi anak dan dewasanya... 👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mampir, Teh. Wah, nambah lagi yang sepakat. Ternyata saya ga sendiri hehe..

      Delete
  3. Aku pun suka banget film ini Mut. Terasa nggak asing banget dengan masalah-masalah keluarga yang diangkat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah berkunjung, Teh.. Wah, ternyata udah nonton duluan ya. Iya, jadi merasa ada koneksi gitu, ya.

      Delete
  4. Tagar NKCTHI ini sempat trending di IG lho. Aku baru tahu ternyata ini dari film. Kirain tagarnya muncul karena postingan selebgram siapa gitu terus viral jadi tagar buat caption IG yang isinya soal personal story. Terima kasih reviewnya teh, aku merasa poin kesimpulan dan pelajaran yang diambil dari film ini sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit keluarga yang lebih memilih untuk menyimpan rahasia yang penting, atau menghindari pembicaraan yang penting bahkan terbuka dari hati ke hati. Padahal, ini adalah exercise bagus untuk anak menghadapi kehidupan yang tidak selalu mulus.
    Nice review teh, well done.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah berkunjung, Teh.. Dari yang saya baca, justru si penulis buku buat akun IG dulu, buat buku, baru bukunya diangkat jadi film. Kayaknya saya mainnya kurang jauh, deh, soalnya saya ga tahu ada tagar itu dan sempat trending xp

      Delete
  5. Ntar cek ah ada di Netflix sini nggak ya, kadang ga semua film Indonesia masuk Netflix Thailand

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah berkunjung, Teh.. Langsung meluncurrr ke Netflix.. sama sih, pas saya cek di Netflix sini juga ga semua film Indonesia ada

      Delete