Menjadi Blog TLD dengan Blogspot (2)

Catatan:
Pos ini adalah bagian kedua cerita transformasi dari blog lama mutilaksmi.blogspot.com ke muttimuti.com. Untuk yang belum membaca bagian pertama, bisa langsung klik di sini.

Kali ini, saya akan berbagi pengalaman tentang tiga hal teknis yang saya lakukan sehingga menjadi blog TLD seperti yang kamu lihat. Semoga bisa menginspirasi, ya!



Nama blog

Sebenarnya sembari menimbang dua pilihan antara tetap memakai Blogspot atau beralih ke self-hosted, saya memiliki kegalauan kedua: menentukan nama! Urusan ini tidak boleh dianggap remeh. Rasanya seperti saat memikirkan nama anak: dilarang salah. Sekali tertulis di akte kelahiran, sulit untuk mengubahnya lagi.

Nama itu mahapenting karena merupakan bagian dari citra blog/situs kita. Karenanya, sebelum menentukan nama, akan lebih baik jika kita memikirkan beberapa hal terlebih dahulu.

  1. Sesuai citra. Gambaran apa yang kita ingin orang lain dapatkan saat membaca nama blog kita? Bisa jadi itu terkait dengan niche blog. Sebagai contoh, blog yang berisi artikel tentang parenting akan memakai kata “mama”, “mom”, “baby”, “kids”, “anak”, “keluarga”, dan lainnya. Kita bisa juga menggunakan nama sendiri jika memang niche blog kita adalah personal and lifestyle. Syaratnya, nama kita memenuhi tiga poin di bawah. 
  2. Mudah disebutkan dan mudah diingat. Karena kita berbahasa Indonesia, nama dengan bahasa Indonesia akan lebih mudah diucapkan. Namun, bukan berarti kita tidak boleh memakai bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, selama tidak mengundang kesalahan penyebutan. Hindari pula nama yang lewah huruf, contohnya “khakhisemoet”. Orang akan sulit mengingat, yang benar ”khakhi”, “khaki”, “kakhi”, atau “kaki”? “Semoet”, “semot”, “semet”, atau “semut”? Selain itu, jangan memakai angka di nama blog karena lagi-lagi itu membuat nama blog sulit untuk diingat.
  3. Singkat lebih baik. Berbeda dengan nama anak yang tidak punya batasan karakter, nama blog yang terlalu panjang rentan salah saat ditulis di browser. Menurut saya, satu hingga tiga kata pendek untuk nama blog/situs sudah paling pas, misalnya “detik”, “keluargakita”, “thesaltedmamas”. Rumusnya mirip, lah, dengan nama majalah/koran yang umumnya hanya memakai satu hingga dua kata.
  4. Unik alias tidak pasaran. Nama yang unik akan stand out dan mudah dibedakan dari nama blog/situs lain. Contohnya, “pohontomat” yang salah satu Instagram posnya (@pohontomat) menjadi inspirasi saya menulis perihal syarat nama ini. Super unik, kan?

Dengan mempertimbangkan empat poin di atas, saya memikirkan beberapa kemungkinan nama. Pertama, meneruskan nama yang sudah ada: mutilaksmi. Nama ini sama dengan nama akun Instagram yang lebih dulu eksis. Yang saya pernah dengar, menyamakan nama blog dengan nama yang dipakai di media sosial lain itu penting untuk personal branding (padahal saya juga belum tahu mau mencitrakan diri seperti apa). Namun, saya merasa kurang sreg jika memakai nama ini untuk blog baru. Alasannya lebih karena ingin menghindari penggunaan nama pribadi.

Lah, nama yang sekarang, kan, pakai nama pribadi?

Tunggu dulu, ceritanya belum sampai situ.

Karena preferensi tersebut, tercetuslah ide untuk memakai kata dalam bahasa Belanda. Niatnya sebagai penanda titik awal perjalanan blog baru sebab ia lahir saat saya masih tinggal di Belanda, begitu. Beberapa pilihan nama terpikir, mulai dari gezin (keluarga), gezellig (nyaman), sampai hagelslag (meses)kami penggemar berat meses dengan berbagai varian. Saya coba memasukkan satu per satu ke dalam kotak pencari nama di situs perusahaan penyewaan hosting dan domain. Ada yang masih tersedia; ada juga yang tidak. Namun, saya masih terus mencari kemungkinan nama lain karena rasanya belum ada yang benar-benar pas di hati.

Sampai pada akhirnya … terbitlah ilham untuk memakai nama muttimuti, out of nowhere. It was like an Aha! moment for me. Namanya singkat, mudah diingat, unik karena berima, dan yang terpenting: mewakili citra saya sebagai ibu (mutti berarti ibu dalam bahasa Jerman) yang ingin saya gunakan di blog. Memang nama tersebut menggunakan nama pribadi, tetapi, ah, saya rela, kok. I'm in love with the name.

Blog name, checked!

Sewa domain

Seperti saya sebutkan di pos bagian satu, kita bisa upgrade domain, baik Blogspot maupun WordPress.com, langsung di dashboard. Untuk Blogspot, caranya mudah.
  1. Pilih Settings;
  2. Cari bagian Publishing;
  3. Pilih Custom Domain;
  4. Klik Buy A Domain;
  5. Masukkan nama blog;
  6. Pilih domain yang diinginkan;
  7. Lakukan proses pembayaran;
  8. Blog TLD siap digunakan.

Pilih Buy A Domain untuk membeli domain langsung di Blogspot

Walau dalam Euro biayanya hanya €1/bulan (seharga satu kotak susu 1 l), ternyata itu masih lebih mahal dibandingkan harga sewa dari penyedia layanan hosting dan domain di Indonesia, contohnya, Niagahoster, Hostinger, Sahabat Hosting, Dewaweb, dan DomaiNesia. Duh, jiwa emak-emak saya meronta. Saya pun mencari harga dari beberapa perusahaan dan menjatuhkan pilihan pada salah satunya. Kita bisa menyewa domain per satu tahun atau lebih, kemudian memperpanjang kontrak setelahnya. Tentu makin lama masa sewa, biayanya akan makin murahtipis, sih, tetapi lumayan untuk jajan semangkuk bakso.

Singkat cerita, dibantu dengan panduan yang jelas, resmilah blog saya berubah menjadi muttimuti.com. Alhamdulillah. Galaunya lama, prosesnya sebentar. Dasar wanita!

Domain, checked!

Template gratis atau premium?

Tampilan juga merupakan perkara penting. Sebenarnya sah saja jika kita mau memakai template bawaan Blogspot. Namun, agar terlihat lebih estetis, kita bisa memakai template gratis, misalnya yang disediakan oleh gooyaabitemplates.comblog lama saya, mutilaksmi.blogspot.com, menggunakan salah satu template dari sinidan memasukkan kode HTML-nya ke bagian Theme-Customize-Edit HTML di dashboard. Ini adalah salah satu keunggulan Blogspot dibandingkan WordPress.com. Untuk yang paham bahasa pemrograman, kode ini bisa diutak-atik lagi. Saya, sih, sudah mengibarkan bendera putih duluan. Ha-ha-ha.

Sayangnya sependek pengetahuan saya, semua (atau setidaknya sebagian besar) template gratis yang ada memiliki homepage layout yang standar. Artinya, halaman pertama blog langsung berisi daftar tulisan terakhir dan profil di sidebar kanan atau kiri. Meski ada yang ditambah variasi slider di bagian atas halaman, format selebihnya tetap sama. Saya ingin layout yang berbeda. Lagipula dengan meniadakan pengeluaran untuk sewa hosting, saya bisa mengalihkan sedikit modal untuk membeli template premium. He-he-he.

Berkat info dari grup WA Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), saya mulai browsing template Blogspot di Etsy dengan memasukkan kata kunci blogspot template. Untuk yang belum familiar dengan Etsy, ini adalah marketplace global untuk produk-produk unik dan kreatif. Saya sudah lama mengenal Etsy, tetapi baru tahu kalau beragam template/desain dijual di sana.

Contoh template Blogspot di Etsy

Sebelum mulai pilah pilih, ada sedikit tips dari saya.
  1. Pasang filter harga dulu sebelum terlanjur patah hati dengan harga satu template. Waktu itu saya mematok budget maksimal €25. Walau kenyataannya, saya hanya menengok yang di bawah €15. Hi-hi-hi.
  2. Lihat tanggal update terakhir. Makin baru tanggalnya, makin baik. Artinya, kita akan mendapat versi terakhir dari template tersebut. Tambahan lagi, tanggal update menunjukkan keaktifan desainer dalam meningkatkan performa template.
  3. Cek tampilan melalui alamat URL live demo yang tersedia di deskripsi produk. Kita bisa klik setiap page yang mau kita lihat, serta melihat font yang dipakai (jenis, ukuran, tipe heading, subheading, bullet, numbering), tampilan quotes, dan tautan. Selain itu, ada juga alamat URL untuk melihat responsive pages jika blog kita dibuka di berbagai jenis ponsel dan tablet.
  4. Baca ulasan pembeli, baik untuk template tertentu maupun untuk template lain yang dijual oleh toko tersebut. Dari sini kita bisa menilai kualitas layanan yang diberikan oleh penjual. Jika menemukan kesulitan saat pemasangan, kita bisa mendapatkan bantuan dan solusi dari penjual dengan cepat dan ramah.
  5. Cek cara pembayaran yang tersedia. Karena Etsy adalah marketplace global, sistem pembayaran yang tersedia juga yang bersifat global. Kita tidak bisa membayar via transfer bank lokal, transfer ATM, apalagi e-wallet lokal, seperti GoPay, ShopeePay, atau OVO. Pilihan untuk pembeli yang berlokasi di Indonesia hanya ada dua: PayPal dan kartu kredit. Saya beruntung karena untuk pelanggan Eropa ada pilihan iDeal yang terhubung ke rekening bank (milik suami tentunya).
  6. Pantau harga setiap hari. Sebenarnya tips terakhir ini karena saya mendapat harga diskon secara tidak sengaja. Dari awal saya browsing template, harganya berubah-ubah. Harga asli template yang saya pakai ini ada di kisaran €13, kemudian beberapa hari setelahnya berubah menjadi €9-an. Langsung saja saya masukkan ke dalam keranjang, tetapi saya tidak langsung check out karena masih ingin melihat-lihat yang lain (dasar!). Eh, di hari-hari penghujung 2021, harganya turun lagi menjadi €7-an! Rezeki memang tidak akan ke mana-mana. Tanpa pikir panjang, saya check out saat itu juga. Now or never, khawatir hari Senin harga naik lagi.

Template, checked!

Meski sudah menyelesaikan ketiganya, saya masih memiliki tugas tersisa: mengganti blog banner di setiap pos lama. Karena ganti template berarti ganti tampilan, di template baru ini tulisan pada banner lama tertumpuk oleh tulisan judul pos. Agar lebih nyaman dilihat, saya merasa harus menggantinya dengan desain yang baru (dan merepotkan diri sendiri!). Beberapa pos terakhir (yang muncul di homepage) sudah saya ubah. Namun, sisanya masih banyaaak. #ketawamiris #lapkeringat

Ya, sudah, lah, woles saja dulu sambil selonjoran. Ganti sisanya kapan-kapan. Yang penting, homepage sudah rapi jali. Ha-ha-ha. 

Penutup

Sepanjang perjalanan saya ngeblog, baru kali ini saya membuat keputusan besar. Semoga dengan berbagi cerita di baliknya, saya jadi memiliki alasan kuat untuk tetap ngeblog. Bila suatu saat malas melanda, saya bisa membuka dua pos ini untuk kemudian memecut diri untuk kembali ke jalur yang benar: menulis.

Kalau kamu, apa peristiwa terbesarmu selama ngeblog?



Post a Comment

10 Comments

  1. Sebenernya, kalau ga baca tulisan ini, aku akan bilang muttimuti ini agak sulit diingat, karena bisa tertukar jadi mutiimut atau imutimut atau mutimuti. Tapi setelah dijelaskan mutti itu dari mother, dan muti itu nama asli, aku bisa ingat deh sekarang, hehehe...

    Semoga setelah blog nya jadi TLD, bisa makin produktif ya muttimuti!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, ternyata ga sesuai persepsiku dong, ehehe.. untungnya sekarang jadi ingat. Aamiin, makasih, Teh ❤️

      Delete
  2. Ya ampuun, wahh, bagusnya rumah baru Mamah Mutiara. Terlihat sangat profesional. Saya bacanya sambil geleng-geleng kepala wkwkwk, njomplang sama tampilan blog saya yang terkesan ala kadarnya (karena emang iya siy, belum dirapihkan dari berbagai angle).

    Makasiiy tips-nya ya Mutiara. :)

    Dan, wow, ETSY, suka banget dengan jualan pernik-perniknya yang seringkali one of a kind. Ternyata ada jual template juga ya. :). Nuhun pisan infonya ya Mutiara. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. 2022 menuju tampilan blog baru, Teh 😄. Sama-samaaa

      Delete
  3. Muttimuti is a good name blog menurut saya teh. Selalu seru membaca perjalanan blogger memilih nama blog dan transisi ke TLD dengan keseriusan, hehe. Saya setuju banget dengan tips memilih nama blog, gak bisa di-undo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Teh 😄. Iya, mikir nama ternyata ga semudah bayangan hehe..

      Delete
  4. Tetehh infonya berguna sekaliiii.. Makasih ya teeh.. Aku termasuk yang pakai blogspot standar dengan layout standar karena bener-bener gaptek wkwkwk.. Insya Allah pengen nyoba aah step by step nya buat bikin blog tambah kece! Makasih yaaaa teeh!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat memoles blog, ya, Teh ❤️. Sama-samaaa..

      delete

      Delete
  5. Seru banget cerita jadi tdl nya teeh. Jadi inget pengalaman sendiri waktu ganti jadi tdl dan beli template terus nekad ngutak atik html. Hasilnya ala kadar tapi mayan lah. Haha. Sekarang sedang tergoda buat migrasi ke wordpress karena pengalaman nulis di mgn lebih enak. Cuma kok udah lelah duluan ya XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, sungguh aku pun tergoda untuk pindah gara-gara nulis di web MGN, Teh 😆. Tapi pelan-pelan, lah. Kalau tahun ini performa ngeblognya bagus, mungkin tahun depan aku mempertimbangkan lagi buat pindah 😁.

      Delete