masih tentang Ikal

Padang BulanPadang Bulan by Andrea Hirata

My rating: 2 of 5 stars


Sepertinya saya berharap terlalu tinggi. Setelah tetralogi Laskar Pelangi yang fenomenal, saya menunggu-nunggu karya Andrea Hirata berikutnya yang mampu membangkitkan imajinasi dengan keunikan cerita, kecermatan diksi, keindahan kalimat, dan kelihaian dalam mendeskripsikan karakter, situasi, budaya, semuanya. Yang mampu mengaktifkan tombol kesenangan, membuat saya menari-nari bersama semua tokoh diiringi irama riang, tak henti bahkan ketika saya menghabiskan lembar terakhir.

Sayangnya Padang Bulan, bagi saya, tidak demikian. Cukup dua bintang untuk karya dua dalam satu ini. Aroma Melayu tetap kuat tercium dalam pilihan kata, bentukan kalimat dan saya suka itu. Namun, kali ini Ikal dewasa terlalu naif dan membosankan. Dan kehadiran tokoh baru, Enong, pun terasa hanya tempelan. Tidak banyak kejutan yang disajikan, bahkan saat terungkap bahwa A Ling hanya mak comblang antara Zinar, yang secara kasihan dicemburui Ikal di sepanjang cerita, dan istrinya. Unexpectedly flat. Dari awal hingga akhir, intinya satu: Being desperate of love is exhausting and, unfortunately at the same time, has the highest possibility of making fool of yourself.

Saya baru mulai membaca Cinta di Dalam Gelas. Semoga harapan saya terbayar.


View all my reviews

[as published in my profile at goodreads]

Post a Comment

0 Comments