Semua putih!

Kemarin Tokyo heboh!

Bukan karena Sochi Olympic Winter Games yang baru dibuka kemarin malam. Level heboh yang itu baru merangkak naik. Yang ini karena salju! Tidak seperti penduduk wilayah utara Jepang yang pada sekarang mungkin sudah bosan dengan salju, bagi penduduk Tokyo (dan Kanto pada wilayah yang lebih luas), kedatangan salju bisa dihitung dengan jari di sepanjang musim dingin tiap tahunnya. 

Sebenarnya ini bukan yang pertama kali salju turun tahun ini, tapi kemarin adalah yang pertama setelah 13 tahun salju turun deras di Kanto. Ketebalan salju yang menumpuk bahkan lebih dari 10 cm, pertama setelah 16 tahun. Dari malam sebelumnya, penduduk Tokyo kerepotan menyambut tumpahnya es putih dari langit. Sekop dan mesin pembersih salju sudah disiapkan. Terpal biru sudah dihamparkan di halaman universitas demi membersihkan jalan bagi peserta ujian masuk perguruan tinggi yang dilaksanakan kemarin. 

Daaan... benar saja sejak pagi hari, salju turun berbondong-bondong di atas wilayah Kanto, termasuk di kota tempat saya tinggal, Noda. 


Begitu saya menyalakan televisi, layaknya sedang ada kejadian gawat, di bagian kiri terdapat tulisan besar 'PERINGATAN MENGENAI SALJU DERAS DI WILAYAH TOKYO' (untung ada kamus digital o^_^o) dan di bagian bawah terdapat teks berjalan yang melaporkan kondisi terakhir jalan tol, juga perjalanan kereta dan pesawat. 

Prediksi ketinggian salju dan kecepatan angin

Sekitar tengah hari, salju sudah lumayan menumpuk di jalan-jalan. 

Daerah sekitar Stasiun Shinjuku
Reporter berdedikasi tinggi melaporkan dari lapangan

Terekam kesulitan orang-orang untuk berjalan di atas salju. Beberapa jatuh karena akibat tergelincir es. Sakitnya sih tidak seberapa. Malunya itu loh.. (pengalaman -_-). Memang berjalan di atas salju butuh teknik khusus. Apalagi kalau salju sudah mengeras. Karena licin, banyak mobil juga selip bahkan menabrak pembatas jalan atau terguling karena masih menggunakan ban biasa (istilahnya ban musim panas). Kalau di daerah bersalju, begitu masuk musim dingin, ban-ban mobil diganti menjadi ban dengan daya cengkeram yang tinggi. Berhubung di Tokyo jarang turun salju, sepertinya pengemudi tidak merasa perlu untuk mengganti ban mobil mereka (memang sayang sih, mahal tapi jarang dipakai).

Perhatikan jalan dan pakai piranti yang sesuai!

Selain persoalan ban mobil, kereta di wilayah Kanto juga tidak disiapkan untuk menghadapi salju yang menumpuk. Akibatnya banyak perjalanan kereta terlambat, padahal kereta di Jepang terkenal sangat tepat waktu. Begitu juga dengan pesawat. Terlihat antrian panjang penumpang di terminal domestik Bandara Haneda menunggu untuk check in karena pesawat tidak bisa terbang. Mungkin landasan pesawat tidak dilengkapi dengan pemanas sehingga salju tidak cepat mencair dan membuat landasan licin (analisis kira-kira ^o^). 

Antrian panjang penumpang

Mendekati maghrib, salju makin menumpuk di sekitar rumah ditambah angin kencang. 
  
真っ白
Lama tidak melihat pemandangan sepeda di tumpukan salju ^,^

Sampai malam salju dan angin masih setia.

Hening

Karena dulu di Sapporo saya disuguhi salju setiap hari di musim dingin, masih teringat kuat perasaan bosan dengan salju. Hidup terasa sulit. Saya berpikir, "Enak ya (tinggal) di Tokyo" setiap kali melihat perkiraan cuaca yang menunjukkan perbedaan suhu 10 dC antara Sapporo dan Tokyo. Apalagi tidak ada tumpukan salju di Tokyo. 

Karena itu saya mengatakan kali ini saya tidak mau salju. 

Namun ternyata mendapati salju di tengah musim dingin yang 'kering' itu menyenangkan juga. Rasanya seperti baru pertama kali melihat salju. Senang, deg-degan, takjub. Meski saya tahu, setelah dua minggu perasaan senang makin lama makin pudar (Alhamdulillah di sini salju tidak sampai dua minggu ^o^). 

Orang Sapporo mungkin berkomentar, "Orang Tokyo heboh amat baru salju segitu doang" (itu sih saya kayaknya hehe..). Wajar sih, kan hampir setiap hari turun salju. Tapi sekarang saya tinggal di Kanto, salju menjadi suatu hal yang ditunggu. Dan begitu turun, apalagi deras seperti kali ini, kehebohan terasa wajar dan bisa dimaklumi. 

Sebagai manusia, memahami perspektif orang lain memang perkara sulit karena masing-masing dari kita memiliki kacamata kita sendiri. Tidak semua orang mau mencoba untuk melihat dari kacamata orang lain. Baru setelah mengalaminya sendiri, biasanya seseorang baru paham dan bisa melihat dari cakupan yang luas. Maka dari itu, berbahagialah orang yang bersedia membuka hati dan pikirannya untuk mencoba memakai berbagai macam kacamata. Tidak hanya pemahaman yang diperoleh, namun juga kebijaksanaan yang mengikuti.  

Eh, kok jadi melebar begini? Dari salju hingga kacamata hahaha.. >y<

Baiklah intinya, salju masih turun di Noda. Karena kedatangan berikutnya belum diketahui, besok pagi saya mau keliling rumah untuk foto-foto. Yeay! ^_^/







Post a Comment

0 Comments