Menjadi Ibu Bahagia demi Anak yang Bahagia

Memiliki anak mengubah banyak hal pada diri ibu, termasuk prioritas yang diberikan. Bila sebelum menikah, pusatnya adalah diri sendiri, setelah menikah, ia bergeser menjadi berdua. Namun, begitu memiliki anak, timbangannya menjadi timpang. Anak adalah yang utama, bahkan ada prinsip semuanya akan diberikan demi kebahagiaan anak. Karena itu, tidak heran altruisme dekat dengan sosok ibu.


Altruisme

Singkatnya altruisme berkebalikan dengan egoisme. Namun, sebenarnya paham ini jauh lebih dalam dibandingkan sekadar lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain. Dalam altruisme, individu yang melakukannya—meski sudah memberikan segalanya—tidak mengharapkan balasan atau imbalan dari pihak lain, seperti kasih ibu kepada anaknya.

Sayangnya, paham ini berpotensi membuat ibu tidak bahagia. Ibu merasa kehilangan arah karena fokus dan prioritasnya tidak lagi pada dirinya, tetapi pada anaknya. Ini belum ditambah oleh imbas kesibukan menjalankan rutinitas sehari-hari, baik di dalam maupun di luar rumah. Seakan-akan ibu tidak lagi punya waktu dan ruang untuk dirinya sendiri. Bagi ibu, bisa jadi kebahagiaan dan kepuasan diri telah kehilangan definisinya.

Ibu bahagia, anak bahagia

Kemudian, keduanya menjadi kontradiktif. Ibu selalu ingin memastikan anaknya bahagia, tetapi sudahkah ibu memastikan dirinya bahagia? Ibu memberikan segalanya agar anaknya bahagia, tetapi dirinya belum tentu juga bahagia. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mungkinkah anak bahagia jika ibu tidak bahagia?

Setiap ibu mendambakan anak yang bahagia (ilustrasi: Pixabay)

Sebuah penelitian di Inggris menyimpulkan bahwa ibu yang bahagia akan lebih cenderung mempertahankan keutuhan keluarganya dibandingkan ibu yang tidak bahagia atau ayah yang bahagia. Ibu yang bahagia juga cenderung memiliki dampak lebih besar terhadap kesehatan mental anak saat ia remaja dibandingkan ayah yang bahagia. Dengan kata lain, kebahagiaan ibu berperan besar bagi kebahagiaan keluarga, khususnya anak. Anak bahagia jika ibunya bahagia!

Agar ibu bahagia

Hasil ini menuntun kita pada pertanyaan lain: bagaimana cara menjadi ibu yang bahagia? Anna Mathur, psikoterapis dan penulis buku Mind over Mother, memberikan lima saran agar kita bisa menjadi ibu yang bahagia.

1. Merawat diri

Menjadi ibu seringkali membuatnya abai terhadap kebutuhan diri sendiri, padahal seperti halnya anak, kebutuhan, keinginan, perasaan, ataupun pendapat ibu juga perlu diakui. Setelahnya, ibu perlu menghargai diri atas pilihan yang diambil untuk memenuhi atau memvalidasinya.

Tidak perlu berpikir yang rumit. Tidur cukup dan berolahraga adalah contoh kegiatan merawat diri. Bahkan sesimpel minum dan makan agar tetap waras juga termasuk di dalamnya. Di samping itu, ibu perlu memberikan hadiah kepada diri (self-reward) atas pencapaian-pencapaian kecil. Ini akan membuat ibu merasa dirinya tetap berarti.

Rutin melakukan perawatan wajah juga termasuk merawat diri (ilustrasi: Freepik)

2. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain

Setiap individu cenderung senang membandingkan dirinya dengan orang lain. Tak terkecuali ibu. Meski tak selamanya buruk, hal ini dapat menurunkan kepercayaan diri dan kebahagiaan ibu dalam mendampingi anak. Karena itu, lebih baik ibu fokus dengan apa yang ada di dalam rumah daripada terus melihat keluar jendela.

Namun, kalaupun terjadi dan ibu merasakan sesuatu setelahnya, perasaan tersebut harus disadari dan divalidasi, misalnya dengan menuliskannya. Setelah itu, biarkan ia lepas agar hati ibu lebih lapang dan bahagia.

3. Tidak perlu merasa selalu kuat

Istilah “super mom” biasanya dipakai untuk ibu serba bisa. Namun, ibu juga manusia dengan berbagai keterbatasan. Dengan menyadari ini, tidak menjadi masalah (dan ibu tidak perlu merasa gagal dan bersalah) bila ibu meminta bantuan kepada pihak lain. Tidak pula salah bila ibu merasa rapuh sehingga membutuhkan sokongan dari keluarga atau sahabat dekat. Karena itu, penting bagi ibu untuk mempunyai orang-orang terdekat yang dapat memberikan perhatian dan respon hangat kepadanya.

4. Berlatih untuk terus bersyukur

Bersyukur adalah salah satu kunci kebahagiaan. Dengan bersyukur, ibu akan fokus pada apa yang ada saat ini, bukan pada yang belum ada. Bersyukur akan membuat ibu bisa menerima keadaan apa pun meski tidak enak atau tidak diinginkan.

5. Berhenti berpikir dan khawatir berlebihan

Berpikir dan khawatir berlebihan tidaklah sama dengan bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Keduanya hanya akan memenuhi diri dengan ketakutan tak berdasar sehingga ibu tidak lagi bisa menikmati hari. Karenanya, ibu harus mampu menyadari tanda-tanda kemunculannya agar segera dapat diatasi.

Penutup

Kebahagiaan anak dan ibu adalah dua hal yang sama pentingnya. Adalah penting bagi ibu untuk mencari titik keseimbangannya agar kebahagiaan kedua pihak bisa tercapai. Ibu yang bahagia akan membesarkan anak yang bahagia pula. Bukankah itu yang kita sebagai ibu inginkan?




Sumber:
Benson, H. 2019. Mom’s Happiness and Family Well-Being. https://ifstudies.org/blog/moms-happiness-and-family-well-being, diakses pada 18 Februari 2022.
Psychologies. 2020. 5 Tips for a Happier Motherhood. https://www.psychologies.co.uk/5-tips-happier-motherhood, diakses pada 18 Februari 2022.

Post a Comment

0 Comments