Hari ke-10: {Istimewa} Teladan kita


[Masih dalam rangka Maulid Nabi Muhammad saw 12 Rabiul Awal 1434 H]


Menulis ulang kultwit dari Ustadz Didin Hafidhuddin (@hafidhuddin) pagi ini. Sengaja saya tulis di sini agar mudah saya baca kembali nanti. 

"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS Ali Imron (3):164)
Ayat ini secara jelas menggambarkan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai Rasulullah adalah nikmat dan karunia yang agung bagi mu'min. Yaitu mereka yang beriman yang ingin mendapatkan kesuksesan dan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Melalui Rasulullah, orang yang beriman dapat mengetahui ayat-ayat Allah dan aturan-aturan-Nya yang harus dilaksanakan sekaligus yang harus ditinggalkan. 

Bahkan orang beriman bukan sekedar mengetahui dan meyakini, tapi sekaligus mampu mempraktekkan aturan Allah tersebut dalam kehidupannya melalui contoh dan suri teladan yang telah diimplementasikan oleh Rasulullah saw dalam kehidupan kesehariannya. Sebagaimana hal ini dipertegas pula oleh firman-Nya dalam QS Al-Ahzab (33): 21.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." 
Contoh keteladanan Rasulullah saw mencakup semua bidang kehidupan yang harus dilakukan oleh setiap manusia, seperti ibadah mahdhah (pelaksanaan ibadah kepada Allah swt), maupun muamalah yang mencakup seperti masalah keluarga, bertetangga, perdagangan dan ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik dan kekuasaan, seni budaya, hukum dan norma kehidupan, dll. Semua contoh tersebut sangat implementif dan bisa diaplikasikan oleh setiap orang yang beriman yang mau mengikuti sunnah-Nya. Karena memang ajaran Islam itu bersifat komprehensif, universal dan sesuai dengan fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. 
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS Ar-Ruum (30): 30)
Juga dalam QS Saba (34): 28.
"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."
Karena itu, merupakan suatu keharusan, keniscayaan, dan kebutuhan bagi setiap orang beriman untuk terus-menerus meneladani perilaku Rasulullah saw. Hal tersebut di samping akan membawa kepada keselamatan dan kesuksesan, juga bukti syukur nikmat atas diutusnya Rasulullah saw.

Demikian pula mengikuti sunnahnya adalah bukti dan wujud kecintaan kepada Allah swt yang akan mengundang cinta dan ampunan-Nya. 
"Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (QS Ali Imron (3): 31) 
Semangat mengikuti sunnah Rasulullah inilah yang setiap saat harus digelorakan kaum muslimin agar tidak bingung dan gelisah dalam menata hidup. Semoga bangsa kita yang mayoritas kaum muslimin tetap istiqamah dalam mengikuti sunnah Rasulullah saw. Amin.


Allaahumma sholli 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalii sayyidinaa Muhammad.


[Gambar dari sini]

Post a Comment

0 Comments