Hari ke-19: Bukan sekedar makan-makan

Di mana-mana syukuran itu selalu menyenangkan. Pastinya karena ada makan-makan gratis *maklum anak kosan*. Tapi esensi sesungguhnya melampaui ukuran fisik. Dari judulnya saja, kita pasti bisa menebak bahwa syukuran adalah ungkapan rasa terima kasih seseorang kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang atas limpahan karunia yang diberi. 

Dalam syukuran, ada harapan. Semoga Allah swt menyisipkan keberkahan di dalam setiap sudut nikmat yang terkecap. Dan syukuran adalah cara terpraktis untuk mengetuk pintu langit melalui tengadah tangan para terundang. Kita tidak pernah tahu, doa siapa yang Allah kabulkan saat itu. 

Melalui syukuran seseorang juga bermaksud berbagi kebahagiaan. Percayalah bahwa membahagiakan orang lain itu membahagiakan. Tak hanya tubuh, jiwa juga membutuhkan vitamin B: Bahagia. Jangan sibuk membagi keluhan, sibuklah berbagi kebahagiaan *bukan curcol*. 

Yang jelas, syukuran membuat yang terundang merasa dirinya bermakna dalam hidup yang mengundang. Ini adalah bentuk pengakuan yang penting bagi kehidupan sosial seseorang. Masalah seberapa bermakna, hanya si pengundang (dan Allah swt) yang tahu. 

***
Syukuran tadi siang merangkum semuanya. Sekali lagi, selamat kepada Pak Utomo dan Pak Dermawan atas pengangkatan Bapak berdua sebagai Guru Besar. 

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater *bukan Maung Bandung, ya*.


[No picture doesn't always mean hoax. Really.]

Post a Comment

0 Comments